Thursday, February 28, 2013

Jendela Buat Anakku

Sumber: http://www.rumahpintar-kembar.com/2012/09/13/jendela-jiwa/
Sumber: http://www.rumahpintar-kembar.com/2012/09/13/jendela-jiwa/
Tidak terasa aku semakin tua. Anak-anaku telah memasuki usia remaja. Semanjak suamiku meninggal 5 tahun lalu, aku hanya bisa menghidupi keluarga sebagai seorang tukang cuci. Hari-hari aku jalani penuh kebahagian yang kupaksakan di depan anak-anakku. Aku tidak ingin anakku melihat aku dalam kesedihan. Aku tidak ingin penderitaan selama ini mempengaruhi perkembangan anak-anak.
Sebagai seorang janda dari rentenir yang pernah hidup kaya. Aku harus menjalani hidup dengan cemoohan, hinaan malu. Semua harta yang dikumpulkan suamiku telah aku habiskan untuk membayar utang-utang suamiku. Mengembalikan harta rampasan yang selama ini telah banyak menyengserakan orang. Tidak ada yang tersisa kecuali dua orang belahan hatiku yang saban hari juga mendapatkan ejekan dari teman-temannya.
Malam ini hatiku sangat gelisah. Tidak seperti biasanya aku tidak bisa memejamkan mata. Bayanganku melayang ke kejadian tadi sore di rumah aku bekerja.
“Nina, kamu saya pecat” kata majikanku. Begitu dia pulang dari kantor.
“Kenapa? Kenapa saya dipecat?” Tanyaku penuh kebingungan.
“Kami sudah mendapatkan pembantu yang baru. Dia bisa nyuci dan masih gesit. Tidak sepertimu” Jelasnya.
Ya, tadi sore aku kembali tidak mempunyai kerja. Tidak punya sumber penghasilan. Aku gelisah memikirkan nasib anak-anakku. Aku takut mereka tidak bisa meneruskan pendidikan. Betapa menderitanya mereka jika tahu aku tidak bekerja lagi. Sudah sejak 2 tahun lalu mereka ingin berhenti sekolah dan membantu mencari nafkah. Tetapi aku selalu menolaknya.
Malam semakin larut. Aku masih juga belum tidur. Kasurku semakin panas tertindih tubuh lemahku. Di kamar yang usang ini, airmata mulai menetes satu persatu membasahi pipi. Aku semakin galau, bimbang dan bingung. Kemana harus aku mengadu. Saudara-saudaraku telah lama menjauhiku akibat kesombongan suamiku sewaktu masih hidup. Sahabat-sahabatku meninggalkanku setelah aku jatuh miskin. Dan tadi sore majikanku memecatku. Hanya anak-anakku.
Aku bangkit dari tmpat tidur. Dalam remang malam aku membuka pintu kamar yang semakin tua. Melangkah perlahan di ruangan tengah takut anak-anakku terbangun. Takut mereka melihat airmataku. Takut mereka tidak bisa menikmati senyumku di tengah malam ini. Langkah-langkah kecilku membawaku ke kamar mandi. Aku mengambil wudhu dan kembali ke kamarku.
Satu persatu rakaat shalat malam aku selesaikan. Aku terlena di hadapan-Nya. Mengadu dalam shalatku.
Hati terasa mulai lega setelah aku menyelesaikan shalat malamku. Entah ini shalat apa namanya karena ini yang pertama bagiku. Aku pernah ingat ceramah seorang ustaz ketika aku masih remaja bahwa jika gelisah maka kita harus mengadu pada Tuhan melalui shalat dan do’a.
“Ya Allah, semua pintu telah tertutup bagiku. Semua pintu rezki telah terkunci. Semua pintu kebahagiaan telah rapat. Ya Allah, aku tidak meminta Engkau membukakan pintu-pintu itu. Tapi bukakanlah satu saja jendela rezeki dan kebahagian bagi anak-anakku. Amiin.”
Hatiku terasa damai. Aku kembali merebahkan badan yang semakin tua ini. Terlena dalam mimpi.

Lampu Pengemis

Duhai pejalan kaki tak bertopi
Wahai pengemudi yang saban hari berdasi
Wahai wanita-wanita yang merah pipi
Wahai manusia yang jalan ini sering kau lewati.

Aku pengemis hina di pinggir jalan
Aku orang yang sering kalian tak hiraukan
Aku lelaki tua yang juga punya tanggungan
Aku disini bukan atas kemauan.

Bisik-bisik manusia di persimpangan lampu merah
Tentu saja bukan membisikkan keadaanku
Bisik-bisik mereka yang samar terdengar
Tentang pengemis yang makin merajalela

Ketahuilah hai para pengguna jalan
Tak usah berbisik tentang kami
Kami ini komuditi penguasa
Kami ini dipelihara

Aku disini dengan segala kehinaan
Berharap belas kasihan manusia yang ikhlas
Kami berebut sekeping uang lontaran kalian
Kami kumpulkan untuk kebutuhan kami

Apakah kami pemalas
Jika kami pemalas maka kami tidak disini

Nge-Drug Yok

Fly
On
Bebas
Damai

Itu kata mereka padaku
“Nikmatilah meski hanya sekali”
Bujuknya lagi
“Tak lebih berbahaya dari ganja isapan kita dulu”

Nge-drugs katanya
Membebaskan diri dari dunia yang penuh derita
Menghilangkan beban-beban pikiran yang mendera
Hidup pun penuh bahagia

Gubuk tua
Seperangkat alat rakitan
Serbuk setan
Sekawanan manusia yang semakin menggila

Aku tersungkur di lantai
Badan yang tegap jadi lunglai
Inikah yang dinamakan fly
Atau roh ku yang tercabuti sehelai demi sehelai

Ya Tuhan
Aku menyesal
Aku khilaf
Nge-drugs itu setan

Cukup sudah sekali
Tak akan pernah ku ulangi lagi
Bagiku hidup ini telah sangat berarti
Bahagia tidak harus menyiksa diri

“Pergi kalian”
Usia muda bukan untuk mabuk-mabukan
Emas tak seharusnya dicelupkan dalam kubangan
Yang pernah terjadi semoga menjadi pelajaran.
,

Cuma Sekantong

Satu kantong kresek berisi sampah kembali dijatuhkan di parit. Begitulah kebiasaan masyarakat yang tidak di pinggirin sungai di kota yang elit. Membuang sedikit sampah ke selokan bukanlah hal yang sulit. Saban hari, satu persatu kantong saling terjepit. Tak ada rasa bersalah dalam diri warga walau hanya sedikit.
“Hanya satu kantong plastik kok” begitulah ujar tiap masyarakat ketika ada yang mencoba mengingatkan mereka.
Pemukiman pinggiran sungai yang semakin bau busuk. Sampah-sampah yang terus datang semakin tertumpuk. Menjadikan aliran parit tidak bisa lagi menusuk. Disana, tidak lagi hanya satu kantong plastik berisi sisa-sisa lauk. Disana telah ada ribuan jenis sampah yang saling menimpuk.
“Pemrintah tidak peduli kepada kami. Kami dibiarkan menanggung beban banjir. Dimana hati nurani kalian hai penguasa” gumam warga ketika banjir mulai menyapa di musim penghujan. Ketika rumah-rumah mereka telah tergenang air sepinggang.
Mereka lupa tentang kantong plastik yang katanya hanya satu saja. Mereka lupa bahwa saban hari menyumbang sampah pengundang petaka. Mereka lupa bahwa setiap warga juga menanggung dosa. Banjir bukan tanggungjawab penguasa saja.

Wuih Keren

Gayamu
Busanamu
Tutur Katamu
Senyum Manismu

Siapakah kau gadis
Bolehkah aku mengenalmu
Mengobrak abrik hatimu
Bersenyaman di istana cintamu

Tidak usah dijawab gadis
Karena pertanyan itu hanya suara hatiku
Tak kuasa aku mendekat
Kakiku beku

Wuih keren
Perfect
I like it
Dirimu

Gadis, kenapa kau beranjak pergi
Tunggu
Tunggu aku
Aku ingin mengenalmu
,

Ketika Tikus Paham

“Kenapa nak, kenapa kamu terlihat sangat ketakutan?” tanya ayah tikus begitu melihat anaknya terburu-buru masuk ke dalam lubang yang sangat dalam.
“Ayah, aku dikejar petani ayah, mereka membawa pentongan. Aku tak berani keluar lagi” jawab si anak.
“Hahahhahaha,,, anak tikus tidak boleh jadi penakut. Kita hewan pemberani. Pencuri dikegelapan dan dimanapun” ayah tikus menyemangati anaknya.
“Tapi ayah, kita bisa dibasmi”
Tikus kini menjadi musuh bagi petani-petani di desa Sukatani. Tanaman padi, kacang-kacangan, umbi-umbian diporak-porandakan. Tidak saja dimalam hari, tetapi disiang haripun para tikus melancarkan operasi mereka. Entah apa yang membuat mereka semakin berani mendatangai lahan-lahan warga. Mereka hanya lari ketika para petani bersusah payah mengejarnya sedangkan jika petani sibuk dengan tanamannya maka mereka pun sibuk mencari makanan dari lahan warga juga.
Seharusnya di bulan ini, para petani sudah bisa memanen padi-padi mereka, tetapi apa hendak dikata. Tikus telah menggagalkan panen mereka. Padi-padi yang sedang bunting dibabat habis oleh tikus. Hanya beberapa rumpun yang tersisa.
Bencana
Itulah yang dikenakan terdengar di mulut-mulut petani. Wabah tikus menjadi momok yang menakutkan sejak 3 tahun yang lalu. Hanya sesekali musim mereka sempat memanen padi dengan utuh dan di musim lainnya mereka hanya membawa duka ke anak-anaknya.
“Anakku, lihatlah bagaimana kerajaan kita makmur bebrapa tahun ini. Kamu tahu mengapa?” tanya ayah tikus pada anak-anaknya pada suatu sore ketika mereka sedang mencongkel ubi petani.
“Karena makanan kita melimpah ayah” jawab anak tikus dengan polos.
“Benak anakku, apa kamu tahu alasan lain?”
“Karena kita semakin banya ayah”
“Yah benar. Kita semakin banyak. Manusia semakin sulit mengusir kita. Meskipun ada yang mati karena diracun tetapi tidak bisa mengurangi populasi kita nak. Mereka yang mati adalah pahlawan bagi kita. Kita yang masih hidup harus tetap bertahan hidup” jelas ayah tikus.
“O begitu ya.”
“Ya nak”
“Nak. Sebenarnya kita bukanlah petaka bagi petani. Jika petani tidak merusak alam ini”
“Maksud ayah?”
“Manusia itu kadang berpikir cepat. Mereka hanya mau instant saja. Dulu di desa ini kita tidak bisa hidup damai karena musuh kita bukan hanya petani. Kita ditakdirkan juga menjadi mangsa binantang-binantang lain. Ular salah satunya. Selama ada ular maka kita menjadi makanan mereka sehingga populsi kita tidak akan membludak seperti ini sehingga petanipun tidak akan mendapatkan wabah tiuks. Tapi lihatlah sekarang, ular-ular yang tidak menggangu pertanianpun dibunuh oleh manusia padahal di alam ini ada rantai makanan. Kita memang ditakdirkan makan tumbuhan palawija tetapi kita juga menjadi mangsa binatang lain seperti ular dan ulara menjadi makan elang. Jadi jika satu rantai hilang maka rantai lainnya akan membludak seperti kita dan disisi lain ada yang semakin punah seperti elang yang kekurangan makanan.” jelas ayah tikus
“O saya paham sekarang. Jadi ini juga karena manusia tidak menjadi siklus rantai makanan ya.”

Penjaga Terakhir

Seminggu yang lalu aku bertemu dengannya. Ketika sama-sama membeli sebilah parang pada pandai besi ternama. Sebenarnya ini bukan kali pertama aku membeli parang bahkan ini menjadi parang yang ketiga di bulan ini. Hanya karena setiap parang yang aku beli tidak memuaskanku maka terpakasa aku kembali membeli. Di sebuah gubuk yang dipenuhi parang, pisau, pedang, cangkul dan beberapa benda lain. Aku disibukkan mencari parang yang bagus dan rapi. Api untuk menempa parang masih menyala membara. Seakan memanaskan seluruh udara. Tukang besi masih sibuk menempa baja. Aku tertegun dengan parang-parang yang tak ku ketahui harga. Disaat itulah seorang pria paruh baya datang menyapa. Mengejutkanku yang sejak tadi tak bicara.
“Lihat apa kamu. Parang atau pisau?” tanya pria itu yang aku sendiri tak mengenalnya.
“Aku sedang mencari parang pak. Sudah 3 kali aku membeli parang tapi selalu kecewa. Jangankan untuk menebas kayu seuntang, menebas pisangpun kadang tak bisa” ujarku sambil tetap memperhatikan parang satu persatu.
“He he he, anak muda membeli parang. Jangan harap mendapatkan yang garang. Bisa-bisa itu parang sembarang yang dijual hanya untuk mendapatkan uang” uajarnya lagi yang membuat aku kembali menatapnya.
“Maksud bapak?”
Lalu dia menjelaskan tentang parang padaku. Tentang bentuknya yang tidak kaku. Tentang cara memilihnya sehingga tidak ditipu. Dia juga turut memilih sebilah parang yang menurutnya parang bermutu. Tanpa pikir panjang aku membeli parang yang ada tanda siku. Ternyata parang yang bagus di kotaku ditandai begitu.
Nek Lah, begitulah dia menyuruh memanggilnya. Lelaki tua yang dalam keseharian sibuk dengan hutan dan rimba. Dia penjaga hutan di kaki bukit berbatu. Bukan sembarang penjaga tetapi pekerjaan ini dikerjakan tanpa ada yang menggaji walau dengan beras satu bambu. Nek lah pernah bilang padaku bahwa dia menjaga hutan bukan untuk harta ataupun lembaran biru. Pekerjaan ini didekasikan bukan untuk dia ataupun aku. Tetapi semua ini dilakukannya untuk anak cucu.
Hari ini aku kembali bertemu dengannya. Sejak pertemuan pertama hampir setiap hari kami bertemu baik di rumahnya atau di tepi rimba. Kami bicara tentang air, hutan, dan segala satwa. Ilmunya cukup banyak dan hampir merata. Tidak ada teori ketika dia berkata. Bukti-bukti nyata dari pengalaman itulah yang ada. Aku tertegun setiap kali kami bicara. Aku terdiam karena dia benar-benar lelaki tua yang sangat berjasa.
“Kadang aku berpikir, ketika aku mati siapa yang akan menjaga hutan di kakit bukit berbatu” ujarnya di pagi ini.
“Bukankah masih banyak warga disini pak. Bukankah hutan itu bukan hutan bapak. Itu hutan masyarakat”
“Nak, itu hutan adat. Hutan itu memang bukan hutan aku tapi punya anak cucu yang dititipkan pada kita” begitulah selalu jawaban dia setiap kali aku mencoba menanyakan tentang hutan.
***
“Sudahlah pak, kita tidak akan mampu melawan mereka. Kita hanya rakyat biasa yang bisa diinjak-injak oleh kebijakan penguasa dan pengusaha. Kita akan selalu menjadi korban meski melawan atau tidak. Lebih baik bapak beristirahat di rumah saja. Ini bukan kesalahan bapak tetapi waktu yang tidak tepat dan bapak berada di posisi yang tidka tepat pula” aku mencoba merayunya untuk tidak pergi ke hutan pada hari ini.
Menurut informasi yang aku dengar dari warga kampung, pada hari ini akan ada pengusaha yang meninjau lokasi di hutan adat desa. Mereka berencana membuka perkebunan sawit dengan didukung penguasa. Untuk kesejahteraan masyarakat katanya. Untuk menambah pendapatan daerah dalam pembangunan, rayu penguasa. Semua masyarakatpun sepakat melepas hak hutan adat demi segepok uang. Mereka terbuai oleh mimpi akan memdapatkan lapangan kerja di tempat itu.
“Tidak. Aku tidak pernah setuju dengan rencana ini. Kakekku, ayahku, dan aku telah menjaga hutan tetap asri. Mengapa hari ini aku harus berlari. Kita lihat saja nanti apa yang terjadi. Mereka yang akan pergi atau aku yang akan mati” dia masih bersemangat. Sama dengan semangat-semangat beberapa hari yang lalu. Tidak ada raut wajah ketakutan pada dirinya. Dan sebilah parang menyelip dipinggangnya.
“Pak, dengarkan aku. Bukan begini caranya melawan mereka. Ini negara hukum, kita bisa melapor ke pihak berwajib nanti. Kita tidak sendiri pak.”
“Tidak, aku bilang tidak maka tidak. Siapa yang peduli dengan hutan ini kecuali kami yang hidup bersamanya. Pihak berwajib, aktivis, pemerhati, mereka sudah sering menjumpaiku dan kamu tahu apa yang mereka katakan?” Dia bertanya sambil menatapku dalam-dalam. Ada rasa takut dalam hatiku.
“Tidak pak”
“Persis sama seperti apa yang kau katakan tadi. Tapi lihatlah sekarang, hari ini hutanku akan dipindahtangankan. Hari ini hutanku akan sendirian. Hari ini biarlah dunia tahu bahwa masih ada yang menjaga hutan”
Dia berlalu dari hadapanku. Derap langkahnya semakin tegap. Dia seperti berpacu dengan waktu. Dengan kuda-kuda yang telah siap.
Aku masih tertegun di tempat aku berdiri. Hati aku ragu, apakah berlari mengikutu atau menunggu dengan resah hati. Semakin menjauh, samar-samar bayang tubuhnya menghilang di persimpangan jalan. Hatiku semakin bimbang. Aku takut sesuatu terjadi padanya, pada penjaga hutan. Ku bulatkan tekad untuk menyusul ke hutan.
***
“Kalian lihat aku, selama aku masih berdiri di wilayah hutan adat maka tidak seorang pun yang boleh merambah hutan ini. Kalian dengar?” Teriak Nek Lah yang membuat aku terkejut ketika sampai di hutan. Ada beberapa warga disana. Ada pria-pria berdasi disana. Ada lelaki-lelaki bersenjata disana. Dam mereka semua berdiri dihadapan Nek Lah.
“Nek Lah, dengarkan aku kali ini. Mari kita pulang. Mari Nek” aku berujar padanya. Mencoba menenangkannya agar sesuatu tidak terjadi.
Dia bergeming. Kaki-kakinya kokoh bak karang. Dengan sebilah parang ditangan, dia terlihat bak seorang kastria di medan perang.
Para pria-pria di kelompok seberang terdiam. Pembicaraan terhenti bagai di malam yang kelam. Hanya kicauan burung-burung yang terdengar. Desiran dedaunan diterpa angin yang masih segar.
“Kalian pergi dari sini, cepat” Nek Lah kembali menghardik pria-pria itu. Tapi mereka masih diam. Apakah mereka akan pergi atau, ah aku tidak boleh berpikir begitu.
“Door dorr”
Nek Lah terkapar. Aku tak sempat meraih tubunya yang berdiri disampingku. Darah segar mengucur di dada. Taka da lagi sinaran mata. Sebilah parang bertanda siku tergenggam erat ditangan.
====
Terinspirasi dari banyaknya penembakan terhadap pemilik lahan oleh “OTK”

Petani

Ketika petani diperdagangkan penguasa
Ketika hasil tani dihargai pengusaha
Ketika racun-racun meracuni rakyat
Mereka tertawa

Petani semakin tertindas
Hasil tani tak menguntungkan
Sawah ladang dialihkan bangunan
Rakyat merana

Peneliti mulai sibuk dengan rumus-rumus kimia
Pengamat terlalu sibuk memberi tanggapan
Aktivis pertanian sibuk berkoar-koar
Mereka meraup rupiah

Lalu dimana petani?
Tertindas
Terlena
Lapar dan miskin

Penjaga Terakhir

Seminggu yang lalu aku bertemu dengannya. Ketika sama-sama membeli sebilah parang pada pandai besi ternama. Sebenarnya ini bukan kali pertama aku membeli parang bahkan ini menjadi parang yang ketiga di bulan ini. Hanya karena setiap parang yang aku beli tidak memuaskanku maka terpakasa aku kembali membeli. Di sebuah gubuk yang dipenuhi parang, pisau, pedang, cangkul dan beberapa benda lain. Aku disibukkan mencari parang yang bagus dan rapi. Api untuk menempa parang masih menyala membara. Seakan memanaskan seluruh udara. Tukang besi masih sibuk menempa baja. Aku tertegun dengan parang-parang yang tak ku ketahui harga. Disaat itulah seorang pria paruh baya datang menyapa. Mengejutkanku yang sejak tadi tak bicara.
“Lihat apa kamu. Parang atau pisau?” tanya pria itu yang aku sendiri tak mengenalnya.
“Aku sedang mencari parang pak. Sudah 3 kali aku membeli parang tapi selalu kecewa. Jangankan untuk menebas kayu seuntang, menebas pisangpun kadang tak bisa” ujarku sambil tetap memperhatikan parang satu persatu.
“He he he, anak muda membeli parang. Jangan harap mendapatkan yang garang. Bisa-bisa itu parang sembarang yang dijual hanya untuk mendapatkan uang” uajarnya lagi yang membuat aku kembali menatapnya.
“Maksud bapak?”
Lalu dia menjelaskan tentang parang padaku. Tentang bentuknya yang tidak kaku. Tentang cara memilihnya sehingga tidak ditipu. Dia juga turut memilih sebilah parang yang menurutnya parang bermutu. Tanpa pikir panjang aku membeli parang yang ada tanda siku. Ternyata parang yang bagus di kotaku ditandai begitu.
Nek Lah, begitulah dia menyuruh memanggilnya. Lelaki tua yang dalam keseharian sibuk dengan hutan dan rimba. Dia penjaga hutan di kaki bukit berbatu. Bukan sembarang penjaga tetapi pekerjaan ini dikerjakan tanpa ada yang menggaji walau dengan beras satu bambu. Nek lah pernah bilang padaku bahwa dia menjaga hutan bukan untuk harta ataupun lembaran biru. Pekerjaan ini didekasikan bukan untuk dia ataupun aku. Tetapi semua ini dilakukannya untuk anak cucu.
Hari ini aku kembali bertemu dengannya. Sejak pertemuan pertama hampir setiap hari kami bertemu baik di rumahnya atau di tepi rimba. Kami bicara tentang air, hutan, dan segala satwa. Ilmunya cukup banyak dan hampir merata. Tidak ada teori ketika dia berkata. Bukti-bukti nyata dari pengalaman itulah yang ada. Aku tertegun setiap kali kami bicara. Aku terdiam karena dia benar-benar lelaki tua yang sangat berjasa.
“Kadang aku berpikir, ketika aku mati siapa yang akan menjaga hutan di kakit bukit berbatu” ujarnya di pagi ini.
“Bukankah masih banyak warga disini pak. Bukankah hutan itu bukan hutan bapak. Itu hutan masyarakat”
“Nak, itu hutan adat. Hutan itu memang bukan hutan aku tapi punya anak cucu yang dititipkan pada kita” begitulah selalu jawaban dia setiap kali aku mencoba menanyakan tentang hutan.
***
“Sudahlah pak, kita tidak akan mampu melawan mereka. Kita hanya rakyat biasa yang bisa diinjak-injak oleh kebijakan penguasa dan pengusaha. Kita akan selalu menjadi korban meski melawan atau tidak. Lebih baik bapak beristirahat di rumah saja. Ini bukan kesalahan bapak tetapi waktu yang tidak tepat dan bapak berada di posisi yang tidka tepat pula” aku mencoba merayunya untuk tidak pergi ke hutan pada hari ini.
Menurut informasi yang aku dengar dari warga kampung, pada hari ini akan ada pengusaha yang meninjau lokasi di hutan adat desa. Mereka berencana membuka perkebunan sawit dengan didukung penguasa. Untuk kesejahteraan masyarakat katanya. Untuk menambah pendapatan daerah dalam pembangunan, rayu penguasa. Semua masyarakatpun sepakat melepas hak hutan adat demi segepok uang. Mereka terbuai oleh mimpi akan memdapatkan lapangan kerja di tempat itu.
“Tidak. Aku tidak pernah setuju dengan rencana ini. Kakekku, ayahku, dan aku telah menjaga hutan tetap asri. Mengapa hari ini aku harus berlari. Kita lihat saja nanti apa yang terjadi. Mereka yang akan pergi atau aku yang akan mati” dia masih bersemangat. Sama dengan semangat-semangat beberapa hari yang lalu. Tidak ada raut wajah ketakutan pada dirinya. Dan sebilah parang menyelip dipinggangnya.
“Pak, dengarkan aku. Bukan begini caranya melawan mereka. Ini negara hukum, kita bisa melapor ke pihak berwajib nanti. Kita tidak sendiri pak.”
“Tidak, aku bilang tidak maka tidak. Siapa yang peduli dengan hutan ini kecuali kami yang hidup bersamanya. Pihak berwajib, aktivis, pemerhati, mereka sudah sering menjumpaiku dan kamu tahu apa yang mereka katakan?” Dia bertanya sambil menatapku dalam-dalam. Ada rasa takut dalam hatiku.
“Tidak pak”
“Persis sama seperti apa yang kau katakan tadi. Tapi lihatlah sekarang, hari ini hutanku akan dipindahtangankan. Hari ini hutanku akan sendirian. Hari ini biarlah dunia tahu bahwa masih ada yang menjaga hutan”
Dia berlalu dari hadapanku. Derap langkahnya semakin tegap. Dia seperti berpacu dengan waktu. Dengan kuda-kuda yang telah siap.
Aku masih tertegun di tempat aku berdiri. Hati aku ragu, apakah berlari mengikutu atau menunggu dengan resah hati. Semakin menjauh, samar-samar bayang tubuhnya menghilang di persimpangan jalan. Hatiku semakin bimbang. Aku takut sesuatu terjadi padanya, pada penjaga hutan. Ku bulatkan tekad untuk menyusul ke hutan.
***
“Kalian lihat aku, selama aku masih berdiri di wilayah hutan adat maka tidak seorang pun yang boleh merambah hutan ini. Kalian dengar?” Teriak Nek Lah yang membuat aku terkejut ketika sampai di hutan. Ada beberapa warga disana. Ada pria-pria berdasi disana. Ada lelaki-lelaki bersenjata disana. Dam mereka semua berdiri dihadapan Nek Lah.
“Nek Lah, dengarkan aku kali ini. Mari kita pulang. Mari Nek” aku berujar padanya. Mencoba menenangkannya agar sesuatu tidak terjadi.
Dia bergeming. Kaki-kakinya kokoh bak karang. Dengan sebilah parang ditangan, dia terlihat bak seorang kastria di medan perang.
Para pria-pria di kelompok seberang terdiam. Pembicaraan terhenti bagai di malam yang kelam. Hanya kicauan burung-burung yang terdengar. Desiran dedaunan diterpa angin yang masih segar.
“Kalian pergi dari sini, cepat” Nek Lah kembali menghardik pria-pria itu. Tapi mereka masih diam. Apakah mereka akan pergi atau, ah aku tidak boleh berpikir begitu.
“Door dorr”
Nek Lah terkapar. Aku tak sempat meraih tubunya yang berdiri disampingku. Darah segar mengucur di dada. Taka da lagi sinaran mata. Sebilah parang bertanda siku tergenggam erat ditangan.
====
Terinspirasi dari banyaknya penembakan terhadap pemilik lahan oleh “OTK”

Rakus

Jalan-jalan kian mulus
Bangunan banyak yang bagus
Hutan-hutan menjadi hangus
Petani semakin kurus

Aksi pengusaha berakal bulus
Mengejar untung berupa fulus
Memakai siasat seribu jurus
Tak peduli bumi semakin tergerus

Keseimbangan alam diputus putus
Hewan dan tumbuhan tak ada yang urus
Air dan udara dicemari terus
Oleh mereka yang berambisi rakus

Cinta Tanpa Kata

Illustrasi : Blogspot.com
Prolog
Percakapan dua orang laki-laki di telpon :
Laki-laki 1 : “Kutitipkan dia padamu, sobat. Jagalah dia untukku! Andai setelah malam ini aku tidak kembali, berarti telah terjadi sesuatu denganku. Selama masih bisa, aku akan berusaha menghubungimu. Pergunakan sesuatu yang kusimpan untuk jaga-jaga jika terjadi sesuatu pada dirinya. Kau masih ingat tempatnya, kan?”
Laki-laki 2: “Aku ingat dan sudah kucatat kodenya. Kau harus berjanji, ini untuk yang terakhir kali kau melakukannya. Aku tak akan mau mengenalmu lagi jika kau langgar janjimu. Sobat, aku inginkan yang terbaik untuk kamu dan dia. Berhentilah sebelum segala sesuatunya terlambat. Kasihanilah dia yang nanti harus memikul resiko atas tingkah lakumu”

Laki-laki 1 : “Aku berjanji, ini terakhir kalinya operasiku, jaga dia untukku!”
Laki-laki 2 : “ Baik, akan kulakukan untukmu!”
“Klekkkkk” bunyi telpon ditutup.
*****
Suatu sore di rumah Bayu :
“Bay, kamu tahu nggak ke mana Irsan pergi? Sudah seminggu dia tidak datang ke rumah. Kutelpon tidak aktif dan kucari di tempat kosnya tidak ada. Ibu kos dan teman-temannya bilang sudah seminggu Irsan tidak pulang . Apa dia pulang kampung ya….? Tapi biasanya jika pulang kampung-pun, ia akan memberitahukan aku”
“ Entahlah, Mir. Terakhir bertemu dengannya Sabtu Kemarin. Irsan sama sekali tidak menceritakan rencananya pulang kampung” jawab Bayu dengan berusaha menutupi gelisahnya.
“Ada sesuatu yang penting rupanya yang hendak kau sampaikan padanya? Kalau tak keberatan, bolehkah kutahu,?Aku siap membantu semampuku jika kamu percaya” lanjutnya lagi.
“ Ah.. nggak Bay, terima kasih atas perhatianmu padaku. Maafkan aku,……. Aku….”
“Aku mengerti Mir, aku bahagia dengan keadaan seperti ini” sela Bayu sebelum Mirna menyelesaikan kalimatnya. Sebagai kakak, aku bertanya, apa yang dapat kubantu. Jangan segan mengatakannya padaku” ujar Bayu .
Teringat olehnya suatu amanat yang sudah disanggupinya malam itu. Irsan memberinya tanggung jawab untuk menjaga Mirna, kekasihnya. Saat ini sepertinya Mirna sangat kebingungan mencari Irsan. Rahasia Irsan, hanya ia yang mengetahui. Sobatnya satu ini memang terlalu berani bertindak. Biarlah dia menjaga rahasia sahabatnya itu, hanya untuk dirinya sendiri. Walaupun Irsan tak memintanya menjaga Mirna, dengan senang hati dia akan melakukannya.
*******
Lima Tahun Kemudian di sebuah taman:
Sorang anak perempuan lucu, berumur lebih kurang 4 tahun berlari-lari lincah mengejar kupu-kupu. Mulut mungilnya tiada henti tertawa dan berteriak “ mama, papa… bantuin Wulan menangkap kupu-kupu cantik itu. Buruan pa, nanti kupu-kupunya terbang” celoteh anak mungil itu.
Sedang wanita dan laki-laki yang dipanggil mama dan papa oleh si kecil hanya tersenyum bahagia melihat ulah anak mereka. Rona kebahagiaan jelas terpancar dari sepasang anak manusia itu. Bergegas mereka menghampiri si mungil seolah-olah ikut membantunya. Sungguh terlihat seperti keluarga yang harmonis
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata tajam memperhatikan mereka sejak 30 menit yang lalu dari balik rimbunnya pohon penghias taman. Nampak seperti dia sedang berusaha menahan gejolak hatinya. Daun yang berada disampingnya diremas sampai hancur. Mukanya nampak beringas, dengan mata yang hampir tak berkedip seolah dia hendak merekam semua yang disaksikannya dalam taman itu.
Sebelum meninggalkan taman, sang laki-laki misterius mengeluarkan telpon genggam dari balik saku celana usangnya. Menekannya beberapa kali, dan kembali memasukkan kembali ke dalam kantong celananya. Ia pergi dengan wajah menunduk, menendang segala sesuatu yang mengahalangi jalannya. Pletakkk….. rupanya batu yang ditendang oleh sepatu lusuh itu mengenai tong sampah yang ada di sudut taman.
***********
Lampu Handphone Blackberry Bayu berkedip-kedip. Rupanya sebuah pesan masuk untuknya. Bayu membukanya , dan dari raut wajahnya nampak tegang dan matanya seolah-olah mencari sesuatu. Tertera di layar handphonenya susunan kalimat pendek namun cukup membuatnya kaget ” Temui aku malam ini jam 8, di ujung jalan Kemuning. Irsan..
Ahhhh…. Dia telah kembali, ke manakah dia selama lima tahun ini tanpa kabar? Mengapa tadi tidak langsung menemuinya, malah mengirimkan pesan pendek ? Berbagai macam pertanyaan memenuhi benaknya. Senangkah ia sahabatnya kembali, atau malah sebaliknya?
Selama ini ia merasa telah memiliki sebuah keluarga yang penuh dengan kehangatan, walaupun rumah tangganya tidak normal seperti rumah tangga pada umumnya. Bayu merasa telah mendapat kebahagiaan dengan kehadiran Mirna dan Wulan bersamanya. Akankah semua kebahagiaannya berakhir dalam waktu secepat ini. Rasanya ia tak rela melepaskan semuanya.
**********
Jam delapan di ujung jalan Kemuning,
Seorang laki-laki bermata tajam telah tiga puluh menit diam di situ. Dia duduk di sebuah bangku yang agak tertutup oleh pohon angsana. Asap rokok menggumpal keluar dari mulutnya, sementara hujan masih menyisakan sisa-sisa air yang menetes dari rimbunnya pohon peneduh itu. Tempat itu cukup gelap dan sepi .Lima Tahun lebih ia harus menjalani hukuman karena aksinya menggasak rumah pejabat yang terkenal korupsi tak berhasil dan tertangkap.
Sementara dari arah sebelah Timur, seorang laki-laki dengan memakai jaket hitam berjalan mendekati tempat di mana si laki-laki pertama duduk. Walau sedang menunduk, rupanya kehadiran laki-laki kedua diketahui oleh laki-laki pertama.
“Apakah dia baik-baik saja sepeninggalanku” kata pertama terucap dari mulut laki-laki pertama.
“Aku menjaganya seperti yang kau amanatkan padaku” jawab laki-laki kedua.
“Kau bilang menjaganya untukku? Tapi apa yang kau lakukan terhadap sahabatmu yang telah menganggapmu sebagai saudara?. Kau menghianatinya dengan mengambil sesuatu yang seharusnya menjadi hak saudaramu!!!” bentak laki-laki pertama seraya mengayunkan kepalan tangannya bertubi-tubi di wajah laki-laki kedua.
Sama sekali tiada perlawanan yang dilakukan oleh laki-laki kedua. Mungkin juga tak sempat membalas. Tak perlu waktu yang lama, laki-laki kedua langsung jatuh terkapar. Sebelum ingatannya hilang, sempat ia keluarkan sebuah amplop dari saku jaketnya dan berusaha memberikannya kepada laki-laki pertama.
*******
Di sebuah rumah sakit ,
Perawat yag biasanya bertugas di kamar 307 nampak panik ketika tidak menemukan pasiennya yang tercatat bernama Bayu Lesmana. Pasien yang dua hari lalu masuk karena korban perkelahian. Dua hari ini biasanya dia ditunggui oleh saudara laki-lakinya berserta istri dan anaknya. Entah ke mana perginya si pasien taka da yang tahu. Terakhir kondisi Bayu masih belum sadarkan diri.
Irsan dan Mirna menerima telpon dari rumah sakit yang mengabari mereka tentang hilangnya Bayu nampak panik. Terutama Irsan, karena dialah penyebab semua tragedi ini. Masih ingat dalam benak Irsan isi surat Bayu padanya sebelum pingsan. Terlalu berburuk sangka ia terhadap sahabatnya sendiri. Entah dengan cara apa dia dapat menebus dosa yang dilakukannya terhadap Bayu.
Irsan, sahabatku. Aku telah menjalan amanat yang kau berikan padaku sesuai janjiku. Sekarang tibalah saatnya aku mengembalikan semua yang menjadi hakmu. Anak yang lucu itu’Wulan’ adalah anak kalian. Waktu kau menghilang, Mirna ternyata sedang mengandung anakmu. Demi menjaga nama baik Mirna dan keluarga, aku mengambil alih tanggung jawabmu untuk menikahinya. Sekarang kukembalikan Mirna dan Wulan padamu, semoga kalian menjadi keluarga yang bahagia. Tak sedikitpun aku mengambil hakmu dari Mirna, dia utuh seperti pada saat engkau tinggalkan. Aku akan turut bahagia menyaksikan kalian telah berkumpul kembali, dan tiba saatnya aku mencari jalan hidupku sendiri. Selamat tinggal sahabatku, kali ini aku yang memberikan amanat padamu, jaga Mirna dan Wulan untukku!
Salam terkasih
Bayu Lesmana
********
Manusia seperti Bayu, dengan tulus hati menjaga amanat sahabatnya. Berusaha tidak mengambil hak orang lain walaupun ia mempunyai kesempatan. Berapa jumlahnya sosok seperti Bayu di bumi ini? Menjunjung tinggi sebuah kepercayaan yang diberikan oleh orang tua kita saja terkadang kita tak mampu, apalagi hanya seorang ‘sahabat’. Bayu pergi untuk memberikan kebahagiaan bagi sahabat dan wanita yang dicintainnya. Sementara di sisi lain, hatinya berperang mempertahankan cinta yang terpendam dalam hatinya, “sebuah Cinta Tanpa Kata”
********
Tangerang, 26 Pebruari 2013
===
Sumber:  http://www.kompasiana.com/Kim_Foeng

UN Ujian Nipu

img-inilah.com
Hapuskan saja UN
Untuk apa UN
kalau hanya Untuk Nipu
Ujian kok pake tipu-tipu
Ujian apa itu?
UN mendidik bangsa terus nipu
Anak kelas 6 SD sudah diajari nipu
Guru-guru disuruh nipu
Kepala sekolah juga Nipu
Diknas juga begitu
Soal UN katanya tersegel
tapi masih bisa dicongkel
walau dijaga polisi
polisi juga minta diisi
supaya soal bisa dicuri
Jawaban segera dicari
Oleh bimbel yang sakti
siap melayani
dengan uang sekian jeti
Tak sampai 10 menit
kunci jawaban sudah siap
beredar ke murid-murid
mereka tak lagi gagap
Pengawaspun sudah te es te
tahu sama tempe
jadi suka hati gue
lu mau ape
Pengumuman telah tiba
Semua anak lulus bersuka ria
sudah terbebas dari masalah
orang tua bersuka cita
guru-guru mengelus dada
kepala sekolah makin bangga
diknas pun tidak kecewa
Bagi sekolah jujur
yang tak mujur
atau tak sanggup
beli kunci jawaban
ada siswanya tak lulus
kerasukan makhluk halus
akhirnya kena tegur
kepala sekolah kena mutasi
guru-guru pada frustrasi
Itulah gambaran UN
Ujian Nipu
semua sudah tahu
pak menteri juga tahu
tapi mereka membisu
Mau jadi apa negeriku
Kalau semua sudah menipu
Pemimpin menipu rakyat
Rakyat tak sadar ditipu
Malah senang ditipu
Akupun jadi malu
kepadaMu wahai Tuhanku
***
Medan - 27022013

==
Sumber: http://www.kompasiana.com/GUN4W4N

Indonesia di Antara Tanaman dan Ilalang

13619552301967423005
Ilustrasi/Admin (Tribunnews.com)


Suguh menyuguh makanan yang disengaja
Jadi alat politik kekuasaan menyuap rakyat
Haram bisa dirubah hingga halal muaranya
Pembicara hidup pun ikut berperan di dalamnya
Lorong gelap Indonesia itu ingin berkuasa
Para pembawa cahaya tak rela membiarkan saja
Diam-diam menanam cahaya sambil berteriak
Ilalang tak mau kalah mengikuti jejak samar cahaya
******
Musim tuai telah tiba digenderangkan perang
Para pasukan mulai berbaris menyiapkan senjata
Tanaman bergerak dengan dorongan kekuatan alam
Ilalang bertumbuh mengikuti gerak besarnya tanaman
Perang sedang bergerak dari dalam tubuh tanah Indonesia
Para petani dari ladang luar pun ikut ambil kesempatan
Perang pun terjadi antara para petani di garis pemikiran
Dua perang sekaligus terjadi dalam perumahan Indonesia
Si Barat memegang kepala
Si Timur memegang kaki
Si Utara memegang tangan
Si Selatan memegang badan
****
Indonesia sebagai pemilik utuh pakaian tak ada kuasa
Bagai boneka yang digerak-gerakkan tali-tali pengendali
Ingin berdiri sendiri tak ada tokoh pengendali tali
Sampai sekarang hanya mimpi datangnya satria langit
Tanaman sadar apa yang sedang bertumbuh pada musim
Buah-buah kesadaran telah tumbuh pada pohon kehidupan
Mereka bergerak saling himpit menggeser ilalang perusak jaman
Sambil berdoa satria para petani terjanji datang secepat kilat
****
Kini Indonesia berada di antara tanaman dan ilalang
Ruang-ruang kosong kehidupan terisi muslihat pertengkaran
Para petani disibukkan permainan monopoli uang haram
Kehidupan ladang tak sempat sadar mengurus kelaparan
Langit gelap terisi sambaran kilat dan gelegar halilintar
Angin bekerja dengan air berbagi banjir dan hujan badai
Gunung-gunung memanasi diri dengan lahar-lahar terlempar
Lautan mengumpulkan tenaga membuat pusaran tsunami menakutkan
Hanya doa tahajud pasrahkan kejadian pada Pencipta
Pray For Indonesia Today
*** *** ***

Sumber: http://www.kompasiana.com/pepak

Maka Jadilah Ia Anas

1362007949649184340
Ilustrasi/ Admin (kompas.com)

karena ia bukan bayi yang dikehendaki lahir
maka tak usah menangis di hadapan para pemberi nama
sebab di awalnya ia bagai kibas bendera
lebih dari sekedar angin yang menariknya ke tengah lapang
dan bermain di tengah pelataran politik panas,
ia pun akhirnya terhuyung
jadilah ia anas
karena ia ingin pulang memeluk kaki kata
maka ia mencatatnya bagai seorang pujangga
entah tinta warna apa, ia akan sungging
seluruh lembar kertas, itu pun akan jadi apa
ia pun akhirnya terhuyung
jadilah ia anas
lantun  kata dan suara , berdengung
di indera dengar aula lapang, bertembok karang
bersekat batu alam, namun tak menembus pori-pori indera dengar
dari para pengusung makna
ia pun akhirnya terhuyung
maka jadilah ia anas

Sumber: http://www.kompasiana.com/budhiwiryawan
,

Benedict XVI's final papal audience

(CNN) -- When night falls Thursday over Vatican City, there will be no pope in residence.
After nearly eight tumultuous years at the head of the world's 1.2 billion Catholics, Benedict XVI has made the almost unprecedented decision to stand down.
That resignation, which takes effect at 8 p.m. local time (2 p.m. ET), opens up the prospect of unforeseen opportunities and challenges for the Roman Catholic Church.
As Benedict closes the door behind him, many are wondering whether a new pontiff will choose to lead the church in a different direction -- and can lift it out of the mire of scandal that has bogged down this pope's time in office.
Even as Benedict's final week began, Vatican officials were trying to swat down unsavory claims by Italian publications of an episode involving gay priests, male prostitutes and blackmail. Then the news broke that Benedict had moved up the resignation of a Scottish archbishop linked over the weekend by a British newspaper to inappropriate relationships with priests.
Last year, leaks of secret documents from the pope's private apartment -- which revealed claims of corruption within the Vatican -- prompted a high-profile trial of his butler and a behind-doors investigation by three cardinals. Their report, its contents known so far only to Benedict, will be handed to his successor to deal with, the Vatican said.
At the same time, the church faces continued anger about what many see as its failure to deal with child sex abuse by priests.
So, when Benedict announced on February 11 that he would step down, becoming the first pontiff to leave the job alive in 598 years, there was inevitable speculation that his move was in some way linked to the brewing scandals.
The danger for the Vatican is that the furor risks overshadowing what others see as Benedict's real legacy to the church: his teaching and writings, including three papal encyclicals.
Proof of the Vatican's irritation came with a stinging statement Saturday complaining of "unverified, unverifiable or completely false news stories," even suggesting the media is trying to influence the election of the next pope.
The constant buffeting by scandal will doubtless also have taken a toll on an 85-year-old man whose interests lie in scholarly study and prayer rather than damage control.
Rumors swirl around pope's resignation
Calling for change in Catholicism
Key moments in pope's resignation
Pope: 'The Lord seemed to be sleeping'
Benedict suggested as much at his final general audience Wednesday, when in front of cheering crowds in St. Peter's Square he spoke of steering the church through sometimes choppy waters.
There had been "many days of sunshine," he said, but also "times when the water was rough ... and the Lord seemed to sleep."
Putting scandal aside, the pope's last day in office has been carefully mapped out by Vatican aides who've had to make up the rules over the past two weeks.
In contrast to the public focus of his final general audience and meetings with foreign dignitaries Wednesday, Benedict will spend Thursday in a quieter way.
He met in the morning with the cardinals who've made their way to Rome to take part in the election of a new pontiff.
Benedict told the cardinals it was a "joy to walk with you" during his eight years as pope.
"I will continue to serve you in prayer, in particular in the coming days" as the cardinals work to select a new pontiff, Benedict said.
Then, just before 5 p.m. local time, senior Vatican officials and a detachment of the Swiss Guards, who by tradition protect the pope, will gather to bid him farewell as his helicopter takes off from Vatican City bound for the summer papal residence, Castel Gandolfo.
Once at Castel Gandolfo, where he will spend the next few weeks before moving to a small monastery within the Vatican grounds, Benedict will make one last public appearance on the balcony.
Having greeted those gathered below, he will step back inside and begin his life of seclusion.
At 8 p.m., the Swiss Guards will ceremonially leave the residence's gate -- and the process of transition to a new pope will begin.
Catholic population in numbersCatholic population in numbers
Catholic population in percentages Catholic population in percentages
The Vatican has said it wants to have the next pontiff in place in time for the week of services leading up to Easter Sunday on March 31.
In his final public address in St. Peter's Square, the pope called for a renewal of faith, and for the prayers of Catholics around the world both for him and his successor.
His departure leaves the church facing many questions, not least who will take the reins.
But Benedict suggested that its future, "at a time when many speak of its decline," lies in seeing it as a community of many people united in a love of Christ, rather than as an organization.
In what may be the last word on his @Pontifex Twitter account, the pope said Wednesday: "If only everyone could experience the joy of being Christian, being loved by God who gave his Son for us!"
,

EU agrees to cap bankers' bonuses

European Union officials have struck a provisional deal on new financial rules, including capping bank bonuses.
Under the agreement, bonuses will be capped at a year's salary, but can rise to two year's pay if there is explicit approval from shareholders.
The UK, which hosts Europe's biggest financial services centre, was opposed to any caps on bank bonuses.
Prime Minister David Cameron said the EU should concentrate on tightening up banks in other ways.
"We are absolutely clear that we must be able to implement the Vickers plan in the UK, which in some ways is tougher than regulations that are being put in place in other European countries.
"We want to have this proper ring fence between retail banks and investment banks and the rules must allow that to happen."
'Restrict growth'
The Vickers plan, based on the Independent Commission on Banking report led by Sir John Vickers, is designed to keep saver and business deposits from being compromised by the more speculative activities typically undertaken by investment banking operations.
London argues the EU's bonus rules would drive away talent and restrict growth in the financial sector.
The UK had been trying to rally other governments in the 27 countries in the EU behind its position.
Top bankers and financial traders can earn bonuses multiple times their base salaries. But there has been public outrage over bonuses following the huge bail-outs of banks.
The agreement was reached during eight hours of intense talks in Brussels between members of the European parliament, the European Commission and representatives of the bloc's 27 governments.
Core business
Othmar Karas, the European Parliament's chief negotiator, said: "For the first time in the history of EU financial market regulation, we will cap bankers' bonuses.
"The essence is that from 2014, European banks will have to set aside more money to be more stable and concentrate on their core business, namely financing the real economy, that of small and medium-sized enterprises and jobs."
But Joe Rundle, head of trading at ETX Capital, in London, said the cap would backfire. He told the BBC: "It will drive up fixed salaries to compensate. Businesses that do not need to be inside the European Union will leave. And when banks invest in future divisions, it will be outside the EU."
The deal paves the way for Basel III, an overhaul of banking rules.
The G20 group of rich nations had originally planned to bring in Basel III last month, but that has been delayed to January 2014.
Basel III focuses on a ratio of high-quality capital - called tier 1 - which is needed to cushion it against any future shocks. It will rise to 9% after the rules come into effect.
Once the proposals are formally agreed it will start the biggest shake-up of the banking system since the global financial crisis.
The lack of solid financial cushions meant that many banks were vulnerable, and eventually required taxpayer-funded bailouts to avoid bankruptcy.
Source: http://www.bbc.co.uk

Petani Kaltim Dukung Pertanian Agroekologi Untuk Kedaulatan Pangan

kaltim
KUTAI KERTANEGARA. Selama ini kebutuhan pangan di Kalimantan Timur masih sangat tergantung dari pulau Jawa dan Sulawesi. Salah satu faktor penyebabnya adalah kebijakan yang dibuat pemerintah kurang sepenuhnya mendukung sektor pertanian. Justru yang sedang terjadi adalah pembukaan lahan dengan skala besar untuk kepentingan pertambangan dan perkebunan sawit.
Menurut Sugeng Wahyu, petani Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalimantan Timur (Kaltim), sebenarnya Kalimantan Timur bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri, dari segi luasan daratan sangat cukup untuk bisa dijadikan lahan pertanian baik untuk sawah, ladang dan kebun.
“Untuk terwujudnya kedaulatan pangan, sistem pertanian yang diterapkan haruslah yang dijalankan oleh keluarga-keluarga petani yang mengadopsi pertanian organik, bukan pertanian skala besar yang didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar,” ungkap Sugeng di Kutai Kertanegara (25/02).
Sugeng menjelaskan petani-petani SPI di Kaltim sudah menjalankan praktek-praktek pertanian agroekologi ini. Salah satunya adalah lahan seluas 20 Ha yang berada di Desa Beringin Agung, Kecamatan Semboja, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
kebun organik Kaltim
“Lahan tersebut kami tanami tanaman pangan dan holtikultura dan alhamdulillah mampu mencukupi kebutuhan pangan masyarakat disini,” tutur Sunggeng.
Sugeng menambahkan, petani SPI di Kaltim berharap kepada pemerintah agar memperhatikan secara serius terhadap sektor pertanian di Kaltim, tidak hanya soal pertambangan saja.
“Saya berharap pemerintah harus hati-hati untuk keluarkan izin pertambangan, karena ke depannya bekas-bekas galian pertambangan itu tidak lagi bisa dimanfaatkan pertanian,” tambahnya.
Sementara itu menurut Ketua Departemen Penguatan Organisasi Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI) Ali Fahmi, SPI sebagai organisasi massa berbasiskan petani kecil dan buruh tani akan berusaha mewujudkan kedaulatan pangan melalui sistem pertanian agroekologi yang ramah lingkungan.
“Pertanian agroekologi yang dijalankan oleh keluarga tani adalah penyangga kedaulatan pangan. Semoga ke depannya pemerintah Kaltim lebih mendukung praktek-praktek pertanian agroekologi ini,” ungkapnya.
Sumber: www.spi.or.id

Cara Daftar dan Memasang Iklan di SITTI

Salah satu cara untuk mendapatkan penghasilan dari blog adalah memasang iklan, salah satu penyedia jasa periklanan online adalah SITTI singkatan dari (sistem iklan teknologi teks Indonesia) merupakan jaringan pemasangan iklan online terbesar di Indonesia. SITTI mempunyai ambisi yang sangat besar untuk menyaingi google adsense dalam bidang periklanannya. Jaringan SITTI mencakup lebih dari ribuan situs dan blog berbahasa Indonesia memudahkan para pemasang iklan untuk menjangkau sasaran pasar dalam jaringan internet yang dituju. 

Dalam hal ini akan dibahas bagaimana cara mendaftar dan memasang iklan dari SITTI diblog atau situs anda :

  • Mendaftarkan ke SITTI klik di sini https://sittizen.sitti.co.id/daftar.php
  • Kemudian tuliskan email, paswoard, nama situs, pilih jenis situs, pilih aplikasi yang digunakan dan jumlah pengunjung kemudian tuliskan kode verifikasinya, kemudian klik kirim ke SITTI
  • Setelah mendaftar akan muncul  Terima kasih sudah mendaftarkan diri untuk menjadi anggota jaringan penyedia konten SITTIZEN 
  • Masuk ke akun SITTI anda tuliskan email anda, kata sandi dan kode verifikasinya kemudian klik masuk
    .

  • Kemudian akan muncul tampilan seperti dibawah ini  kemudian pilih Buatlah Slot Iklan Baru.
  • Kemudian tuliskan alamat situs/blog anda, kemudian setting tampilan iklan, jenis huruf, warna-warnanya, ukurannya sesuai dengan blog anda sehingga cocok dengan blog anda.
  • Kemudian klik SELESAI DAN TAMPILKAN KODE HTML

  • Copy KODE HTML IKLAN ANDA dan paste di blog anda.

  • Masuk ke blog anda pilih rancangan tambah gadge, pilih HTML/JavaScript
  •  Kemudian paste KODE HTML IKLAN disini kemudian simpan.
Terimakasih semoga  bermanfaat, jika ada pertanyaan silahkan berikan komenar.................!!!!

Cara Pasang Iklan Melayang di Kiri Kanan Blog dengan Tombol Close

Baiklah kali ini CR akan  posting tutorial blog tentang Cara Pasang Iklan Melayang di Kiri Kanan Blog dengan Tombol Close. Tutorial ini saya dapatkan dari sahabat Planktoon Blog . Thanks Before. Muter-muter di google dan mondar-mandir di blog dapat cara pasang iklan melayang yang sejenis, tapi kebanyakan gagal terus, sempat coba berkreasi sendiri tapi masih ada Y kurang kodenya (masih kurang beruntung, coba lagi !!! he) dan akhirnya nemuin juga tutorial dari sahabat Planktoon yang pas di pasang di blog saya. 
Mungkin juga sobat blogger mengalami hal serupa dengan saya waktu pasang iklan melayang di kanan kiri blog yang masih gagal. Mungkin bisa di coba kode script yang satu ini dengan adanya tambahan tombol close yang bisa dikreasikan. Baiklah langsung saja dan berikut tutorial cara memasangnya:
1. Login Ke akun Blog
2. Klik "Opsi Lainnya" >> kemudian klik "Tata Letak" >> "Tambah Gadget" >> "HTML/Javascript"
3. Kemudian Copas kode script berikut ini :
<style type="text/css">
#adsense_blog {
position:fixed;_position:absolute;top:0px; right:0px;width: 160px;
clip:inherit;
_top:expression(document.documentElement.scrollTop+
document.documentElement.clientHeight-this.clientHeight); _left:expression(document.documentElement.scrollLeft+ document.documentElement.clientWidth - offsetWidth); }
</style>
<script type="text/javascript">
function get_cookie(Name) {
var search = Name + "="
var returnvalue = "";
if (document.cookie.length > 0) {
offset = document.cookie.indexOf(search)
if (offset != -1) {
offset += search.length
end = document.cookie.indexOf(";", offset);
if (end == -1) end = document.cookie.length;
returnvalue=unescape(document.cookie.substring(offset, end))
}
}
return returnvalue;
}
function close1(){
if (persistclose)
document.cookie="remainclosed=1"
document.getElementById("adsense_blog").style.visibility="hidden"
}
if (window.addEventListener)
window.addEventListener("load", staticbar, false)
else if (window.attachEvent)
window.attachEvent("onload", staticbar)
else if (document.getElementById)
window.onload=staticbar
</script>
<br />
<div class="clear">
</div>
<div id="adsense_blog">
<div style="text-align: right;">
<a href="" onclick="close1(); return false"><img src="http://4.bp.blogspot.com/-9MWyoN5VsJM/TivTpPyUuhI/AAAAAAAABL0/ldO739MTRBg/s1600/close3.png" /></a></div>
<div onclick='close1()'>
<div style="background: #fff;">
<a href="http://abyfarhan7.blogspot.com/p/contact-us.html" target="_blank"><img src="http://i1216.photobucket.com/albums/dd374/abyfarhan/PasangIklan_zps0d4e538b.jpg" border="0" alt="Photobucket" /></a></div>
</div></div>
<style type="text/css">
#adsense_blog1 {
position:fixed;_position:absolute;top:0px; left:0px;width: 160px;
clip:inherit;
_top:expression(document.documentElement.scrollTop+
document.documentElement.clientHeight-this.clientHeight); _left:expression(document.documentElement.scrollLeft+ document.documentElement.clientWidth - offsetWidth); }
</style>
<script type="text/javascript">
function get_cookie(Name) {
var search = Name + "="
var returnvalue = "";
if (document.cookie.length > 0) {
offset = document.cookie.indexOf(search)
if (offset != -1) {
offset += search.length
end = document.cookie.indexOf(";", offset);
if (end == -1) end = document.cookie.length;
returnvalue=unescape(document.cookie.substring(offset, end))
}
}
return returnvalue;
}
function close11(){
if (persistclose)
document.cookie="remainclosed=1"
document.getElementById("adsense_blog1").style.visibility="hidden"
}
if (window.addEventListener)
window.addEventListener("load", staticbar, false)
else if (window.attachEvent)
window.attachEvent("onload", staticbar)
else if (document.getElementById)
window.onload=staticbar
</script>
<br />
<div class="clear">
</div>
<div id="adsense_blog1">
<div style="text-align: left;">
<a href="" onclick="close11(); return false"><img src="http://4.bp.blogspot.com/-9MWyoN5VsJM/TivTpPyUuhI/AAAAAAAABL0/ldO739MTRBg/s1600/close3.png" /></a></div>
<div onclick='close11()'>
<div style="background: #fff;">
<p style="line-height: 100%; margin-top: 0; margin-bottom: 0" align="center">            <a target="_blank" href="http://www.soalpsikotes.com/?id=abyfarhan">            <img border="0" src="http://www.soalpsikotes.com/images/ebook-buku-psikotes.gif" width="160" height="600" /></a><p></p>              </div></div></div>   
4. Selanjutnya Ganti Tulisan Y berwarna merah dengan Kode iklan kalian masing2, Jika sudah save dan lihat hasilnya

Tuesday, February 26, 2013

Kenikmatan Menonton Bokep

Bokep. Itu adalah bahasa kerennya untuk film-film berkonten porno. Rasanya semua sudah tahu bagaimana adegan-adegan yang ada dalam film tersebut meski tidak menontonnya.
Seiring perkembangan teknologi sekarang ini, perkembangan film bokep telah menyebar ke segala tempat. Baik bokep yang dibuat secara profesional maupun yang amatiran. Sehingga penontonnya pun merata dari segala usia dan profesi.
Sampai saat ini, apa sih kenikmatan yang didapat dari menonton bokep?
Hal ini pernah saya tanyakan pada beberapa "penikmat" bokep ataupun yang iseng menontonnya saja. Bagi penikmat bokep, mereka ternyata menikmati kemolekan lawan jenis yang berperan dalam film tersebut. Dan ada juga yang sekedar melihat gaya-gaya yang diperankan.
Teman saya pernah bercerita, kalau dia menonton hanya untuk menghilangkan suntuk. Jadi dia gunakan waktu luang untuk sekedar merefresh otak yang penat oleh pekerjaan.
Pernah juga teman saya yang sudah bapak-bapak secara diam-diam ikut menikmati film porno. Lalu ada juga para remaja putri yang kata mereka sekedar ingin tahu saja.
Ternya beragam kenikmatan yang didapatkan dari menonton bokep.
Sumber: www.catatanrimba.blogspot.com

Monday, February 25, 2013

Cara Pasang ALEXA di BLOGSPOT

Cara Mudah Pasang Widget Alexa Rank Di Blog | Tips Blogspot | Pasang Widget ALEXA Rank Dengan MUDAH - Cara Pasang Widget Alexa Rank di Blog Ini buat sobat yang masih bingung tentang Pasang widget alexa. Bagi sobat yang sudah mahir, rasanya tutorial ini kurang berguna bagi sobat. Sebelum langsung ke topik utama yaitu tentang langkah - langkah memasang widget alexa ke blog, ada baiknya anda mengetahui manfaat apa yang akan di dapat dengan memasang alexa widget tersebut, pada posting sebelumnya sudah Kolom Bog GRATIS sebutkan salah satu cara meningkatkan Alexa Rank atau peringkat alexa blog atau website adalah dengan cara memasang widget alexa rank di blog atau website sobat dan sudah teruji sob,...

Alexa rank akan membuat peringkat berdasarkan banyaknya pengunjung blog atau web, semakin banyak pengunjung terhadap suatu blog atau web maka alexa rank akan semakin baik. Darimana alexa mengetahui jumlah kunjungan terhadap suatu web atau blog? Alexa Rank akan mengetahui jumlah kunjungan suatu website atau blog sobat berdasarkan informasi dari komputer yang browser internetnya memasang alexa toolbar, jika sobat ingin memasang alexa toolbar silakan ikuti panduannya sampai selesei,...

Tidak semua orang memasang alexa toolbar di browser, justru itulah maka muncul alternatif lain bagi pemilik blog atau web untuk mendapatkan data yang akurat tentang banyaknya kunjungan yaitu dengan Pasang alexa widget pada blog atau web yang di miliki. Dengan memasang alexa widget di blog, maka mesin alexa akan mengetahui secara akurat berapa pengunjung serta Page view ( halaman yang di lihat ) pada web atau blog sobat. berikut langkah - langkahnya Cara mudah Pasang Widget Alexa Rank Di Blog :


  1. Klik Alexa.com Widget ]>>
  2. Masukan URL blog
  3. Klik “ Build Widget ”.
  4. 3 ukuran widget yang bisa sobat pilih, copy kode yang ada di sampingnya lalu paste pada notpad atau text editor lainnya.
  5. Simpan kode tersebut di komputer sobat untuk nanti di masukan ke rancangan html website atau blog sobat.
  1. Login ke blogger
  2. Klik Tata Letak.
  3. Klik tab Elemen Halaman.
  4. Klik Tambah Gadget.
  5. Klik tanda Plus (+) di samping tulisan HTML/JavaScript.
     
    html javascript

  6. Paste kode yang tadi ada di notepad kedalam kolom yang muncul.
  7. Klik tombol Simpan.
  8. Pindahkan elemen yang baru dibuat tadi ke tempat yang sobat inginkan, jika mau tentunya.
  9. Jangan lupa klik tombol Simpan yang ada di sebelah atas.
  10. Selesai.
Mudah - mudahan dengan di pasangnya widget alexa di blog sobat, alexa rank blog sobat akan cepat bagus ( semakin kecil semakin baik rangkingnya ). Sedikit tambahan, alexa rank terbilang cepat dalam melakukan update sehingga hasilnya akan terlihat dalam beberapa hari saja sobat,...

Satu yang paling utama dalam menaikan ranking alexa adalah dengan mencoba meningkatkan trafik atau jumlah kunjungan ke blog sobat dan cukup disini dulu tipsnya jangan lupa tambahkan jaringan teman anda di Kolom Blog GRATIS ( follow up ), sebar luaskan ilmu gratis ini kesemua orang yang sobat kenal atau pun tidak kenal dengan ikhlas. Semoga bermanfaat,...