Thursday, February 28, 2013

Filled Under: ,

Cuma Sekantong

Satu kantong kresek berisi sampah kembali dijatuhkan di parit. Begitulah kebiasaan masyarakat yang tidak di pinggirin sungai di kota yang elit. Membuang sedikit sampah ke selokan bukanlah hal yang sulit. Saban hari, satu persatu kantong saling terjepit. Tak ada rasa bersalah dalam diri warga walau hanya sedikit.
“Hanya satu kantong plastik kok” begitulah ujar tiap masyarakat ketika ada yang mencoba mengingatkan mereka.
Pemukiman pinggiran sungai yang semakin bau busuk. Sampah-sampah yang terus datang semakin tertumpuk. Menjadikan aliran parit tidak bisa lagi menusuk. Disana, tidak lagi hanya satu kantong plastik berisi sisa-sisa lauk. Disana telah ada ribuan jenis sampah yang saling menimpuk.
“Pemrintah tidak peduli kepada kami. Kami dibiarkan menanggung beban banjir. Dimana hati nurani kalian hai penguasa” gumam warga ketika banjir mulai menyapa di musim penghujan. Ketika rumah-rumah mereka telah tergenang air sepinggang.
Mereka lupa tentang kantong plastik yang katanya hanya satu saja. Mereka lupa bahwa saban hari menyumbang sampah pengundang petaka. Mereka lupa bahwa setiap warga juga menanggung dosa. Banjir bukan tanggungjawab penguasa saja.

0 comments:

Post a Comment