Sunday, May 22, 2011

Filled Under:

Wasiat di Gubuk Tua (#4)

Semua berpakaian serba hitam, berdiri terpaku disamping kuburannya Armand. Armand seorang ketua pecinta alam yang telah tiada. Kini yang tersisa hanya Andee, Wepe, Hawa dan Youly. Mereka berdiri mematung walau semua pelayat telah pulang. Tak ada pembicaraan, tak ada tawa dan canda yang biasa mereka lakukan.
“Teman – teman, ayo kita balik. Ini telah terjadi dan kita jangan hanya terhanyut dengan kesedihan” ajak Wepe kepada teman – temannya. Dengan kepergian Armand maka tongkat ketua sekarang berada di pundak Wepe.
Akhirnya mereka semua berangkat dengan dua buah sepeda motor. Andee dengan Hawa dan Youly denga Wepe. Mereka menuju ke markasnya yang tak jauh dari pemakaman.
Beberapa hari kemudian, mereka sibuk dengan aktivitasnya masing – masing, sesuai dengan anjuran Wepe mereka harus istirahat dan melupakan semua kejadian kelam yang telah mereka alami. Melupakan kehilanga Herry, Armand dan teman yang lainnya, bukan karena mereka tak sayang tetapi mereka yang masih hidup butuh istirahat.
Wepe yang bukan anak kuliahan sibuk dengan warung di pojok kampus. Dia kembali bergelut dengan jajanan mahasiswa dan cekikan cewek – cewek yang mapir di warungnya. Walau dikesendiriannya dia masih menyimpan rasa penasaran akan kematian sahabat – sahabatnya. Kematian yang sangat mendadak dan malah ada yang tak ada pusaranya. Tetapi sebagai pemimpin tim, setiap kali teman – temannya bertanya tentang Herry dan lainnya, dia selalu berusaha tegar dan tabah. Dia seakan tak ingin mengungkit luka itu. Dan selama ini pun setelah pulang dari Hutan tak Bertuan dan kematian Armand, Wepe belum merasakan hal yang aneh pada dirinya.
Youly dan Hawa yang tinggal satu kos juga telah kembali ceria dan sibuk dengan kuliahnya. Kegiatan senggang sekarang lebih banyak diisi dengan menulis daripada berkumpul dengan yang lainnya di markas. Mereka seakan ingin jauh dengan dunia pecinta alam setelah musibah hilangnya Herry dan teman. Tak ada pembicaraan tentan hobby mereka antara Hawa dan Youly. Hanya menonton, menulis dan belajar yang mereka lakukan.
Andee yang merupakan anggota tim terpandai juga masih sibuk dengan kuliahnya. Hari – hari dilewatinya dengan belajar dan terkadang jalan – jalan dengan pacarnya Wiewiek yang akarab dipanggil Alien. Alien adalah seorang mahasiswi baru yang beberapa bulan ini menjadi pacar Andee.
“Andee, kenapa selama ini kamu terlihat murung?” tanya Alien ketika mereka sedang makan siang di kantin Kampus.
“Ah mana da, biasa kok. Aku hanya lelah. Gimana kuliahmu?” Andee mencoba membalikkan topik pembicaraan
“Kuliahku lancar, oya Ndee, teman – teman pecinta alammu yang lain kok gak pernah gabung lagi?” Alien masih dengan topiknya.
Ya, Andee selama ini terlihat sering murung, kadang dia termenung di ruang kuliah, di kantin atau saat berdua dengan Alien. Pantaslah Alien menjadi curiga. Alien terus mendesak Andee untuk bercerita hingga Andee pun luluh.
“Aku takut Al” Andee mulai berbicara lagi
“Takut? Takut kenapa?” tanya Alien
“Aku takut akan petaka Hutan tak Bertuan, aka buku tua yang pernah di bawa Armand.” Andee menjelaskan.
“Hutan tak Bertuan? Buku Tua? Maksudmu?” sergap Alien
Selama ini Andee berhasil menyembunyikan petualangannya ke Hutan tak Bertuan dan keberadaan Buku Tua kepada Alien. Tapi akhirnya Andee menceritakan semuanya apa yang telah mereka alami. Tentang hutan tak Bertuan, tentang buku tua dan tentang detik – detik kematian Armand dan tentang pesan Armand.
“Jadi buku itu sekarang dimana?” tanya Alien
“Ada padaku tapi aku belum membacanya, aku menyimpannya dikamar kos ku!” Andee menjelaskan.
“Oke Andee, sekarang kita lihat buku itu”
“Tapi..”
“Tenang kita tidak akan membacanya kok, kita akan lihat dan nanti kita diskusikan apakah buku itu harus kita kembalikan atau kita bakara atau kita buang saja.”
“Baiklah kalau begitu”
Andee dan Alien bergegas menuju kos nya Andee. Dengan sepeda motor mereka melaju dengan cepatnya. Sesampainya di Kos, mereka terduduk lesu. Buku tua telah hilang, buku yang diletakkan di rak buku itu tak ada lagi. Hanya ada sepucuk surat:
“Andee, maaf aku terpaksa mengambil buku tua itu, aku penasaran akan isi bukunya. Tenang saja, jika sesuatu terjadi padaku maka kalian tidak harus bersedih. Anggap saja aku telah menemuka sahabat – sahabat kita. By: Wepe”
“Wepe telah mengambil bukunya Al” andi berbisk lirih
“Apa? Ayo sekarang kita ke Warungnya Wepe” ajak Alien
Andee dan Alien langsung menuju warung Wepe yang tak jauh dari kos Andee, mereka berlari dengan cepat dan berharap belum terjadi apa apa dengan Wepe. Sesampainya disana, banyak orang berkerumun. Ada polisi ada Youly, ada Hawa.
“Ndee, Wepe bunuh diri Ndee!!” Kata Hawa begitu Andee sampai disana. “Dia tergantung di warung tadi” Andee semakin lemah. “Bunuh diri, tergantung?” hati Andee tidak percaya. Kematian ini sangat berbeda dengan kematian Armand.
“Apa?”
“Ya Ndee, menurut polisi, dia bunuh diiri sekitar sejam yang lalu” Sela Hawa.
“Tidak mungkin, ini tidak mungkin, Wepe bukan pria yang putus asa, dia tak mungkin bunuh diri” Andee mencoba menyakinkan dirinya.
“Tapi ini fakta Ndee, dia tergantung, dia bunuh diri” Kata Youly.
“Tidak, aku harus tahu ini, apa yang terjadi, teman – teman besok kita kumpul lagi di markas, kita harus cari tahu apa yang telah terjadi. Ini bukan petaka, ini bukan karma surat wasiat” Andee mencoba menyimpulkan. Lalu dia masuk ke Warung Wepe dan melihat tubuh terbungkus kain tak bernyawa.
Andee bersimpuh di samping jasad dan berbisik
“Pe, aku sahabatmu, aku yakin kamu tidak bunuh diri. Aku akan mencari tahu apa yang terjadi” setelah berbisik lalu Andee melihat – lihat disekeliling warung dan matanya menemukan buku tua. Dia lalu mengambil buku tersebut
“Aneh, mengapa buku ini masih disini? Jika Wepe dibunuh seharusnya buku ini juga di ambil. Jika dia bunuh diri lalu apakah yang tertulis di Buku ini sehingga Wepe harus bunuh diri?” kata Andee dalam hati. Andee semakin penasaran dengan buku tersebut tapi dia tidak berani membukanya. Dimasukannnya buku tua dalm baju bagian depannya dan dia bergegas keluar.
“Al, ayo kita pulang” Ajak Andee pada pacarnya
“Youl, Hawa, kami pamit dulu ya” Alien pamitan pada Hawa dan Youly yang masih terpaku disana.
“Ya, oya Ndee, besok jadi kan kita jumpa di markas?” tanya Youly
“Ya, jam 10. Jangan telat” lalu Andee dan Alien menghilang dari kerumunan itu. Tak lam kemudian Youly dan Hawa juga meninggalkan warung pojok.
(Bersambung)

0 comments:

Post a Comment