Saturday, March 2, 2013

Filled Under: ,

Sesal dan Doa untuk Tiga Anakku

1362120664404463738
Ilustrasi/Admin (Shutterstock)
Aduh! Rasanya kepalaku mau pecah! Rumah ini semakin panas dan sesak! Kemana damai dan teduh yang dahulu sempat bersemayam di sini???
Aku memohon ampun pada Tuhanku. Dia pasti tau penyesalan yang sedang berdentum-dentum di hati. Tapi akupun memohon belas kasihNya agar aku bisa melewati semua ini.
Kalau aku bisa tetapkan kehidupan seperti yang aku mau…
Kalau aku dapat memutar waktu seperti saat damai dahulu…
Aku ingin kembali ke saat anak-anakku lahir. Tiga perempuan cantik menjadi pelengkap dan penyempurna kehidupanku dengan Ridwan. Aku dan Ridwan bersama-sama membesarkan mereka dengan cinta kasih kami. Sampai situlah aku ingin kembali. Karena kejadian-kejadian setelah itu membuatku dan Ridwan selalu dirundung duka. Pedih di batin terlihat nyata di fisik kami. Kami rasanya menjadi sepuluh tahun lebih tua, karena ulah mereka, anak-anakku yang aku cinta.
Riska, si sulung kami, adalah malu pertama kami. Sekian tahun menikah hanya mengandalkan cinta, hingga aku lebih memilih dia tinggal bersamaku daripada tinggal di kontrakan suaminya yang.. demi Tuhan aku tidak ingin menginjaknya lagi. Itu bagaikan kandang sapi bagi putri cantikku. Dan kemarin sore, Riska datang dengan rambut acak-acakan, dan di belakangnya ada pak RT.
“Ibu, tolong anaknya ditenangkan. Tadi dia berkelahi dengan bu Tita. Aduh, janganlah lingkungan kita menjadi gaduh seperti ini bu Tari.” Aku hanya bisa memohon maaf pada pak RT.
“Ada apa lagi Ris? Belum cukup keributan kamu buat?” tanyaku setelah pak RT berlalu.
“Biarin bu. Tita ngejek aku mandul. Aku balas saja, ‘daripada kau, anak bererot tapi idiot dan cacat semua’. Dia nggak terima terus mukul aku. Aku balas pukul lah. Dia yang mulai duluan…” gerutu Riska sambil bergegas masuk ke kamarnya. Dan sayup-sayup, lagi-lagi ada pertengkaran dengan Heri, suaminya. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala.
Saat ketenangan mulai terasa, aku justru harus merasa waspada. Karena biasanya, ketenangan itu hanya ada sebentar saja. Dua anakku yang lainnya, menimbulkan kepedihan tersendiri di hatiku. Walau ingin kuhindari dan kuingkari, kenyataan itu tetap ada dan orang lain yang mengingatkannya.
“Duh, kasian banget ya bu Tita. Kok sekarang dia jadi begitu ya? Padahal dulu dia kan bahagiaaa banget, sampe kita-kita iri ya?” Gunjingan ibu-ibu berdaster dengan wajah kucel belum mandi dan rambut awut-awutan pun mulai terdengar di warung sayur itu. Dan sepertinya semua kompak membicarakan tentang diriku dan anak-anakku.
“Anak pertama suaminya nggak bener, katanya mandul pula…”
“Iya, anak keduanya udah jadi janda muda. Untung jandanya janda mati. Coba kalau janda cere. Eh tapi kayaknya udah dapet laki lagi. Cepet banget ya?”
“Oh iya, yang kemaren nganterin pulang ya? Eh, mereka kan lama di dalem mobil sebelum turun. Lagi ngapain coba? Hihihiii…”
Menjengkelkan! Begitu mudahnya berburuk sangka! Tawa cekikikan itu terdengar cabul di telingaku.
“Yang ketiga, cantik sih cantik. Tapi kok perawan tua? Kalah sama anak bu Idah yang jelek itu, tapi udah kawin dua kali…”
Mandul… Janda mati lebih untung dari janda cerai.. Cantik-cantik perawan tua… Jelek tapi sudah kawin dua kali.. Perkataan itu berulang-ulang terdengar di telingaku. Haruskah mereka menghina orang sesadis ini? Langkahku urung kulanjutkan, walau suara-suara bagai tawon itu tiba-tiba berhenti karena mengetahui kedatanganku. Walau mereka pergipun, aku tidak ingin belanja di sana. Kepalaku tiba-tiba berdenyut-denyut. Dan lagi-lagi obat pengurang sakit kepala sudah melewati kerongkonganku, entah untuk yang kesekian kalinya.
***
Aku memohon ampun pada Tuhanku. Dia pasti tau penyesalan yang sedang berdentum-dentum di hati. Menyesal mempunyai tiga putri yang saat dewasanya sering menyakiti hati kami. Mengapa mereka tidak semanis saat masih kecil dan remaja dulu?
Tiba-tiba aku teringat kembali pada sepupuku Astri. Puluhan tahun menikah belum juga dikarunia anak. Sampai menangis-nangis jika menceritakan kegundahan hatinya. Yang sangat diinginkannya hingga saat ini adalah kehadiran anak. Terlintas pikir olehku, untuk apa punya anak kalau ternyata hanya menyusahkan? Lebih baik tidak punya anak saja.
Astagfirullah.. Aku mulai menjadi Tuhan bagi diriku sendiri. Memutuskan mana yang baik untukku dan mana yang tidak. Akupun memohon belas kasihNya agar aku bisa melewati semua ini. Akupun memohon ampunan atas ketidakmampuanku membimbing mereka.
Di depan cermin di kamarku, aku lihat pantulan tubuh Ridwan yang semakin kurus tengah tidur. Kegantengannya mulai pudar. Badan tegapnya mulai sedikit membungkuk. Dan bersamanya akan kuhabiskan sisa hidup, berbagi beban berat yang tengah melanda saat ini. Semoga kami bisa melaluinya dan menutup lembar hidup kami dengan senyum seiring dengan episode kehidupan yang indah bagi tiga anak perempuanku, Riska, Indria dan Widi.
==========
sumber: http://www.kompasiana.com/wienndy 

1 comments:

  1. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


    ReplyDelete