Sunday, May 22, 2011

Filled Under:

Nunik Utami, Candi dan Pangeran Herry F

“Pernikahan termegah di Abad ini”
Itulah berita yang menghiasi berita beberapa hari ini setelah Perhelatan Akbar Pernikahan Pangeran William dengan Kate. Semua sibuk berbicara tentang pesta, menulis tentang kemegahannya, mengurai pernak - pernak dan serab - serbi pesta. Lux, mewah, wah, itulah kata - kata pujian yang keluar dari mulut gadis - gadis yang bermimpi mendapatkan kesempatan seperti itu.
Nunik Utami, seorang dara desa dari Desa Periyangan, seorang dara cantik jelita dan berhati mulia. Juga terus mengikuti pemberitaan pesta itu lewat berita yang disiarkan dari radio. Maklum hanya radiolah yang selalu menyampaikan informasi ke rumah Nunik yang lulusan Strata Satu Jurusan Kenthiriologi. Sebuah bidang ilmu yang mempelajari seks ala kenthir.
“Kapan aku bisa merasakan menjadi Kate, berdampingan dengan Pangeran yang gagah dan perkasa tentunya” bisik hati Nunik bila mendengar kisah dari seberang lautan itu. Mimpi itu tak ada yang melarang, tapi terlalu tinggi bermimpi seringkali kecewa di akhirnya. Itu disadari oleh Nunik, apalagi mengingat kelemahannya dalam bercinta dengan 7 kegagalan dan kesemuanya karena dia gagal dalam membuat Puisi romantis buat mantan kekasih kekasihnya. Puisi bagi Nunik adalah duri yang menggores hati lembutnya yang sampai kini masih terluka. tapi apakah tak bisa jatuh cinta lagi?
++++
“Oh, tampanya!!! Pangerankah dia? Bermimpikah aku?” bisik Nunik ketika serombongan para penguasa datang berkunjung ke desanya. Nunik yang merupakan satu - satunya sarjana pribumi menjadi penyambut tamu.

“Pangeran Herry Fleeyboy, panggil saja Herry!” Ucap Pangeran Herry eh Herry ketika bersalaman dengan Nunik. Nunik tahu bahwa Herry adalah Putra mahkota kerajaan Kenthir, pewari stakhta generasi ketiga setelah Pangeran Wepe dan neneknya Youly Chang. Herry seorang pangeran yang sangat terkenal dan ketampanannya tak kalah jika dibandingkan dengan Pangeran William dari Negeri Seberang yang telah menjadi suami Catherine.
“Ya, ya,, Pangeran Herry eh Herry!” Nunik terbata - bata dan melepaskan tangannya dengan muka tersipu malu.
Pertemuan di Balai Desa itu kembali menghanyutkan lamunan dan impian Nunik. Bisakah dia dipersunting Pangeran Herry F yang gagah itu. Mungkin hatinya akan terobati atau akan setara bahagianya dengan Kate sekarang ini. Terwujudkah?
++++
“Nunik, rasanya mulai ada rasa dalam hati ini tatkala semenjak pertama melihatmu dulu di gerbang desa ini” rayu Herry ketika dia kembali berkunjung ke Desa Pariyangan untuk satu missi, Meet Nunik Lovely.
Ya!” jawab Nunik singkat.
“Aku ingin mempersuntingmu wahai gadis yang telah mengetuk istana cintaku! dengan satu syarat!” Herry membelai rambut panjang Nunik yang tergerai.
“Ya!”
“Maukah Nunik menggubah sebuah Puisi Cinta buat ketika, berkisah awal kita jumpa dan mesranya hubungan kita?” pinta herry
Nunik diam, “Puisi?” Nunik paling benci puisi, apakah lelaki kedelapan ini harus mengukir luka Puisi lagi dihatinya?
“Lebih baik Pangeran meminta saya membuatkan sebuah Candi bertingkat tujuh dari pada meminta saya menggubah sebuah Puisi!” Jawab Nunik dengan tegas dan berlari menjauh dari Herry.
Sebelum Nunik menghilang dipersimpangan jalan “Nunik, Aku tahu kamu benci Puisi, tapi demi aku, demi cintaku yang telah lunglai dihadapanmu, gubahlah sebuah puisi, tak perlu sekarang. Aku akan datang sebulan lagi untuk mendengarkan Puisi Cinta Kita karya Nunik Utami!” Teriak Herry dengan sekeras - kerasnya dan itu juga terdengar oleh Nunik. Namun, Nunik terus berlari dan sesampainya dirumah, dia menghujamkan muka manisnya ke kasur kust dikamarnya.
“Oh Tuhan, Ilhamkanlah sebuah Puisi dalam hatiku, kuatkanlah piikranku untuk merangkai puisi, gerakkanlah tanganku menulis Puisi Cinta” Nunik berdoa dengan suara mendesah dan air mata membasahi pipi.

“Tuhan, jangan biarkan aku kembali terluka hanya karena Puisi” kembali Nunik melirih.
Nunik Utami dan Candi
+++
“Ayo Pak, kita berangkat!” Herry memrintahkan supirnya untuk mengenderai mobil mewahnya menuju Istana Kenthirhome. Dan berjanji akan kembali bulan depan untuk seorang gadis dan puisi, bukan candi.

0 comments:

Post a Comment