Sunday, May 22, 2011

Filled Under:

Wasiat di Gubuk Tua (#2)

“Gak, HP mereka semuanya no-aktif, sial!” Armand mengumpat di depan anak - anak pecinta alam lainnya. Di ruangan itu ada Youly, Hawa, Wepe dan Andee. Mereka adalah Tim B dan teman Tim A yaitu Mas Mus, Herry, Geboy dan Hamzet.
Semenjak kehilangan kontak dengan Tim A seminggu lalu, Armand dan teman - teman selalu berusaha mencari informasi keberadaan Tim A. Sampai saat ini belum ada informasi yang bisa membawa mereka ke Tim A.
“Mand, aku dapat informasi ni. Tadi ada yang nelpon ke aku, katanya dia pernah lihat Herry dan lainnya menuju ke hutan tak bertuan. Kalau kita mau jumpa kita bisa kesana tuk dapatkan informasi lebih banyak. Dia tinggal di pinggiran hutan tersebut” Andee masih terengah - engah ketika mengabrakn informasi ini. Kebetulan tadi ada yang menelponnya dan mereka sudah hafal dengan hutan tak bertuan yang sangat dilarang bagi anak - anak pecinta alam.
“Oh my God, mengapa mereka harus kesana, kan seharusnya mereka melewati  hutan sebelah selatan, ok teman - teman, siapkan peralatan dan perbekalan kalian. Sore ini juga kita kesana!” Armand meminta teman - temanna berkemas. Dengan gusarnya dia juga turut menyiapkan peralatan sendiri. Tak ada yang membantah karena semua sudah tahu tentang kisah Hutan tak Bertuan. Suara tenda dilipat, tas ditutp dan piring serta perlengkapan lainnya saling eradu membuat gaduh. Siap!
3 Jam kemudian
Armand dan teman - teman sudah sampai di pemukiman di pinggiran Hutan tak Bertuan. Lalu mereka segera mencari seorang pemuda bernama Maskolis seperti nama yang disebutkan waktu pembicaraan Andee via Hp tadi.
“Begitulah, seminggu lalu kami menemukan 4 tubuh tergelatak di pinggiran desa kami. Semuanya sekarang sudah dikubur karena begitulah adat kami, setiap yang mati di desa ini harus di kubur disini.” Maskolis mengakhiri penjelasannya. Hawa, Youly, Andee, Wepe dan Armand masih terdiam. Mereka tak menduga sama sekali kalau ke empat sahabatnya telah tiada. Sungguh perpisahan yang tak direncakan dan tak diinginkan. Terlihat wajah - wajah tegar itu mulai sedih dan Youly sesekali menyeka airmatanya karena Herry adalah pacar gelapnya. Memang aturan di Tim pencinta alam ini tidak boleh pacaran sesama anggota tim.
“Oya, kalau kalian mau tahu lebih banyak aku bisa bawa kalian menemui sesepuh desa kami. Mungkin dari beliau kalian bisa mendapatkan informasi dan petuah - petuah bijak” maskolis melanjutkan
“Baiklah Bang, kami mau saja!” Jawab Armand singkat
“Eh jangan panggil bang, Kolis saja kan umur saya baru 15 tahun” jawab Maskolis eh Kolis.
Lalu Maskolis dan Tim B berjalan kaki melewati perbukitan untuk sampai ke rumah sesepuh desa. Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 1 jam ini cukup melelahkan bagi orang yang baru kehilangan sahabat - sahabat baiknya. Tetapi karena rasa ingin tahu dan rindunya mereka maka perjalanan ini menjadi ringan dan singkat.
“Selamat siang Kong!” Sapa Maskolis pada seorang tua yang sedang membaca sebuah buku di balai depan rumahnya.
“Eh Kolis, ada apa ya, oya siapa tu?” Jawab Engkong
“Ini Kong, mereka teman - temannya pemuda - pemuda yang kita temukan itu. Yang rambut cepak ini namanya Armand, yang bening ini namanya Youly, yang pakai baju biru dan suka melotot ini namanya Andee, dan yang culun tu namanya Hawa. Ohya satu lagi yang wajahnya sangar namanya Wepe” Maskolis memperkenalka Tim B dengan kocaknya karena dia tahu mereka semua sedang sedih.
“Oooooo,,,, kenalkan nama saya Ragile, panggil saja Engkong karena begitulah masyarakat disini memanggilnya dan saya senang” kata Engkong
“Ya Kong” jawab Armand tetap dengan singkatnya sambil memperhatikan sekeliling rumah.
“Oya Kolis, kamu siapin minuman ya buat tamu ini, ambil ja nira yan tadi pagi” Nira adalah salah satu minuman istemewa di desa tersebut dan Engkong Ragile selalu menyediakan nira dirumahnya.
Terlihat Tim B dan Engkong Ragile berbicara akrab sambil menikmati hidangan ringan ala desa. Ubi rebus dan nila. Sungguh nikmat dan semuanya seperti terlupa tujuan mereka datang ke desa tersebut.
“Engkong, bolehkah kami tahu dimana dikuburkan teman - teman kami?” Wepe yang terlihat paling berani langsung menanyakan keberadaan pemakaman teman - temannya.
Ragile masih diam, tergurat wajah misteri darinya. Tak ada jawaban.
“Kong, tolong tunjukkan Kong, biar kami bisa melihat untuk terakhir kali!” Youly ikut mendesak dengan isak tangisnya.
“Lebih baik kalian menginap saja di rumah Engkong karena hari sudah malam, besok kalian boleh lanjutkan perjalanan” Ragile malah memberikan saran yang tidak berkenaan dengan pertanyaan Wepe. Memang kegelapan sudah mulai turun ke bumi. Lalu Engkong memeprsilahkan para tamunya masuk kerumah yang terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu dan 1 dapur ini.
Hari semakin malam tak ada tanda - tandanya Ragile memberitahukan letak makam keempat sahabat pecinta alam tersebut. Maskolis juga sudah tidak terlihat disana, dan
“Adik - adik, kalian istirahat saja ya, Engkong mau tidur”
“Tapi Kong … ” sela Andee sambil melotot
“jangan tanyakan tentang teman kalian kalau mau selamat, met malam!” Ragile membalik badan dan langsung masuk kekamarnya. Terdengar pintu ditutup dan dikunci dari dalam. Armand dan teman masih bingung dan duduk terpaku. Jam sudah menunjukkan pukul 03.00 dini hari, tapi mereka hanya tahu bahwa teman Tim A sudah tiada tanpa tahu dimana kuburannya. Tak ada yang beranjak, tak ada yang mengeluh, semua larut dalam lamunan masing - masing. Dan mereka pun tertidur lelap karena kelelahan.
===========
Pagi telah datang, embun telah tersapu hangatnya mentari. Armand terbangun dan dia sangat terkejut ketika mendapati dirinya sedang tidur di sebuah gubuk. Dia langsung membangunkan teman - teman yang lain.
“Pe, Youl, bangun oi, kalian juga bangun! Kita tidak dirumah yang semalam!” Armand berteriak membuat semuanya bangun. Semua bingung, karena mereka sadar bahwa ini bukan rumah yang mereka masuk semalam. Tak ada Engkong Ragile, tak ada Maskolis, tak ada kamar tidur dan tak ada dapur karena ini hanya sebuah gubuk dan yang ada hanya sebuah meja tua dan sepasang kursi serta beberapa buku di atas meja. Buku yang sama dengan buku yang sedang dibaca Engkong Ragile kemaren sore. Dan,
“Armand, lihat inikan ranselnya Herry” Youly memperlihatkan sebuah ransel yang diyakininya sebagai ransel wepe.
“Darimana kamu tahu Youl” tanya Armand
Youly terdiam, haruskah semua dibongkar disini atau dia pendam.
“Karena ini hadiah ulang tahun Herry dariku Bang” Youly berkata dengan lambat dan sopa.
“Jadi …”
Belum selesai Armand bicara Wepe yang juga tahu hubungan Youly malah menyela
“Sudah - sudah, kita disini bukan untuk hal pribadi tapi kita disini mencari teman kita”
Akhirnya bakal pertengkaran itu pun terhentikan. Lalu mereka memeriksa seluruh ruangan gubuk itu dan menemukan ranselnya Mas Mus, Geboy dan Hamzet, semua masih utuh. Tak terjamah. Mereka semakin heran tapi pada siapa mereka akan bertanya?
“Engkong………………..!!! Engkong…. Kolis…. Lis… Maskolis!!” Hawa mulai memanggil manggil dua orang yang dikenalinya kemaren sore. Tapi tak ada jawaban. Akhirnya Andee bergegas keluar gubuk dan mendapati bahwa gubuk ini bukan ditempat kemaren datangi. Ini ditengah hutan dan yang ada hanya mereka berlima.
Diluar terlihat sepi dan sunyi, tak ada tanda - tanda binatang buas, burung ataupun manusia. Mereka semakin bingung bagaimana mereka bisa berada ditengah hutan dan menemukan ransel - ransel teman - temannya.
“Pe, apa yang terjadi ni? Kenapa kita disini?” Tanya Armand dengan raut muka yang panik tapi disembunyikan.
“Mand, tenag, kamu harus tenang atau yang lainnya juga kan panik. Kita harus selidiki ini semua dan aku yakin Tim A masih hidup, mereka belum mati. Tapi hanya saja ada yang aneh di tenpat ini”
“Ya, aku akan berusaha tenang karena bagaimanapun aku ketua tim ini”
“Ya kamu harus begitu, itu baru namanya ketua”
“Armand, Wepe, coba lihat ni, ini sebuah buku” Youly berlari keluar sambil mabawa sebuah buku usang. Dia tidka membukanya tapi langsung menyerahkannya pada Armand. Hawa dan Andee yang sejak tadi sibuk mencari - cari disekeliling gubuk juga mendekat.
“Ini bukan buku mereka, aku tahu Mas Mus, Herry, Hamzet dan Geboy tak mempunya buku ini” Andee menjelaskan sambil memperhatikan buku ditangan Armand.
“Lalu buku siapa? Mana mungkin ada buku ditengah hutan?” Wepe pun mulai bingung. Dia menatap Armand yang tetap diam setelah membaca beberapa halaman buku sambil berdiri. Pelan namun pasti Armand menutup buku tersebut dan mendekapnya erat - erat didanya dengan kedua tangan. Teman - temanya bingung.
“Kamu baca apa Mand?” Tanya Wepe
“Persis seperti apa yang pernah diceritakan Herry sebelum dia dan Timnya pergi menjelajah Hutan tak Bertuan!” jawab Armand pelan dan hampir tak terdengar.
“Jadi kita sedang berda di Hutan tak Bertuan?” tanya Andee memastikan
“Jadi Herry dan yang lainnya benar - benar telah mendatangi Hutan tak Bertuan!” Hawa ikut menyela dengan suara lirihnya.
Yang lain tetap dengan diamnya dan permainan pikiran yang tak menentu.
“Amand, apakah kita juga akan mati disini?” tanya Youly dengan isak tangis yang mulai keluar dari mulut manisnya.
“Tenag teman semua, kita belum tahu kita dimana, dan kalaupun kita berada di Hutan tak Bertuan maka kita tidak boleh mati disini. Semua atau salah satu dari kita harus selamat, benarkan Armand?” Wepe membangkitkan semangat teman - temannya yang mulai bingung.
“Benar, kita tak boleh terpengaruh oleh cerita - cerita yang belum tentu kebenarannya dan aku juga yakin Herry dan yang lainnya masih hiudp” Armand kembali tampil sebagai pemimpin Tim.
(bersambung)

0 comments:

Post a Comment