Telah sebulan ini aku disibukkan
dengannya, Dandy, lelaki lajang dari pulau seberang. Perkenalan yang
diawali dari perteman di Fb membuatku terus mendambakannya. Tutur
katanya, sapaannya, celotehnya, candanya yang semua dituangkan dalam pm
fb membuat diri ini tak berdaya. Dandy terus hadir, mengusik
ketenanganku selama ini, merayu keteguhan hatiku yang mendambakan lelaki
setia yang nyata.
Komunikasi emang hanya dibangun lewat
pesan-pesan di Fb dan twitter tetapi begitu membekas. Kata-katany
sangatlah sederhana namun begitu kaya makna. Seakan dia nyata, ada,
hadir dan selalu menghampiriku di jagaku maupun di tidurku. Tapi, itulah
Dandy.
Aku hanya bisa menilai fisiknya dari 2
lembar foto yang di upload di FB nya dan foto yang sama juga terpampang
di twitternya. Hanya itu. Tidak lebih. Meskipun aku mengiba agar dia mau
memperlihatkan foto-foto yang lain tapi ia begitu teguh.
“Rasa itu tumbuh dari hati, bukan gambar
atau visualitas yang menyilaukan mata. Aku hanya mampu menyilaukan
hatimu dengan sinaran hatiku”Pernah dia membalas seperti ini, membuatku
tertegun dan tertahan untuk untuk meminta oto-fotonya.
“Suaraku tak akan bisa meruntuhkan
keteguhan hatimu tetapi suaraku bisa menyirnakan rasamu terhadapku.
Yakinkah dirimu untuk mengacaukan hubungan ini?” tanyanya ketika aku
meminta nopenya. Sungguh pilihan yang sulit.
Semakin hari, aku semakin dekat
dengannya. Semakin hari rasanya tak ingin terleawti tanpanya. Aku selalu
mengecek pesan-pesan di FB dan twitterku karena hanya dengan itu aku
bisa berkomunikasi dengannya. Dan aku semakin lungkai, terkapar dalam
Dandy yang maya. Dandy si lelaki mayaku.
0 comments:
Post a Comment