Thursday, January 31, 2013

Siapa Dibalik Rimba?

Rimba adalah hutan lebat yang luas dengan pohon yang besar-besar. Setiap daerah mempunyai ciri khas rimba tersendiri yang dapat dilihat dari jenis tanaman, binatang, iklim dan tempat. Indonesia yang berada di kawasan tropis maka secara umum mempunyai hutan tropis dengan keanekaragamannya.
Pernahkah anda melihat rimba? Saya yakin setiap kita mengenal rimba meski terkadang kita tidak pernah melihat secara langsung. Biasanya orang-orang yang tinggal di pedalaman, para penyuka travelling alam, aktivis lingkungan sangat sering bersentuhan dengan rimba. Begitu juga dengan para pemburu satwa liar, penebang kayu, para pekerja diperusahaan kehutanan dan perkebunan.
Mengetahui rimba yang berisi ribuan jenis kayu, mungkin kita tidak pernah bertanya siapa dibalik rimba. Sebagai manusia yang percaya pada Tuhan, ada sebagian yang langsung menyimpulkan bahwa rimba telah diciptakan seperti itu oleh Tuhan sejak dahulu dan kita hanya memanfaatkannya. Pendapat ini benar dan dengan begitu kita tidak lagi bingung tentang asal-usul sesuatu termasuk rimba.
Tetapi sebagai manusia yang bersifat kritikus dan rasa ingin tahu, kita bahwa ingin tahu bagaimana rimba bisa tercipta, bagaimana ribuan kayu bisa tumbuh, siapa yang menanamannya, siapa yang merawatnya dan siapa yang memilikinya. Apakah riba hanya diciptakan untuk manusia saja?
Kita semua tahu bahwa di dalam rimba terdapat beragam satwa liar seperti monyet, kera, gajah, harimau, ular, kancil, rusa, elang, beo, jalak, cendrawasih dan lainnya. Sebagian dari mereka adalah binatang adalah binatang pemakan tumbuhan dan sebagian lagi pemakan daging.
Menurut informasi yang pernah saya dengar, ada jenis-jenis binatang pemakan biji-bijian dan buah-buahan yang biji dari buah yang mereka makan akan tumbuh lagi menjadi tumbuhan. Jadi disini para binatang seperti monyet, burung-burung ikut andil dalam melestarikan hutan atau rimba. Karena kotoran mereka menhasilkan bibit-bibit tumbuhan yang bisa kita manfaatkan.
Jika memang para satwa liar ini ikut andil dalam melestarikan rimba dan menjadi dalang dalam memperbanyak tumbuhan maka kenapa kita tidak melindungi mereka agar siklus alam tetap terjaga. Jangana da pembunuhan terhadap satwa liar karena imbasnya terhadap hutan dan peradaban manusia.
1359642986752618746
,

Tangisan Bukit Seuntang

"Minggu depan kita akan merambah di Bukit Seuntang" kata Maman dengan tenang pada beberapa orang anak buahnya.
"Apa, Bukit Seuntang Bang?" Tanya Rudy dengan nada sedikit kaget.
"Ya, emangnya kenapa Dy?"
"Apa abang yakin dengan keputusannya ini?"
"Iya, lagipula disana hutannya masih banyak dan bagus. Ini prospek besar Rudy. Kita akan mendapatkan untung besar" Ceramah Maman dengan sangat semangatnya.
Bukit Seuntang adalah sebuah bukit yang terletak di pedalaman. Dinamakan Bukit Seuntang karena sudah sejak dahulu di perbukitan ini ditumbuhi kayu Seuntang yang besar dan menjulang tinggi. Selama ini belum ada orang yang berani mengusik keasrian Bukit Seuntang. Sehingga Bukit yang luasnya tidak seberapa itu masih banyak menyimpan keanekaragaman hayati yang semakin langka di daerah-daerah lain.
1359637227937010165
Sumber: http://jundiurna92.wordpress.com
"Oya Rudy, kemarin sepertinya ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan pada abang tentang remcana kita minggu depan" tanya Maman pada suatu sore disaat mereka sedang mempersiapkan peralatan untuk menggunduli Bukit Seuntang.
"Iya bang, apa kita sudah mendapatkan ijin dari masyaraat untuk mengambil kayu-kayu di Bukit Seuntang?" Rudy balik bertanya.
"Ha ha ha ha, masyarakat katamu Rudy? Perlu kamu tahu ya, kita tidak butuh izin mereka. Bukit Seuntang bukan milik masyarakat. Abang sudah mengurus izin di pihak berwenang dan kita juga sudah mendapatkan restu dari "penguasa" Bukit Seuntang" jelas Maman.
"Penguasa kata banga? Jin maksudnya?" Rudy terkagetkan dengan penjelasan Maman.
"Apa? Jaman gini masih percaya jin, hehhhe. Maksud abang penguasa adalah para preman-preman baik yang resmi maupun yang tidak. Jadi kita tidak akan ada yang menganggu lagi nantinya Rudy. Kita aman."
"Tapi bang.."
"Tapi apa lagi?"
"Di Bukit Seuntang betul-betul ada penghuninya, ada jinnya bang"
Bukit Seuntang selama ini terkenal dengan bukit yang angker. Masyarakat disekitar bukit percaya bahwa disana dihuni oleh makhluk halus penjaga bukit. Inilah yang menyebabkan belum ada orang yang berani menebang kayu disana kecuali untuk keperluan rumah tangga saja. Menurut paham masyarakat disana, jika kayau-kayu di Bukit Seuntang terutama kayu-kayu Seuntang yang besar tinggi di tebang maka akan penghuni bukit akan marah dan akibatnya akan petaka bagi mereka. Memang selama ini belum ada petaka karena buki Seuntang masih lestaridan semakin rimbun.
"Abang sudah dengar cerita itu Rudy, tapi itu dongeng. Tidak ada jin, tidak ada penghuni. Puluhan hutan telah kita masuki. Ribuan kayu telah kita tebang. Ratusan juta uang telah menjadi milik kita. Dan selama itu kita tidak pernah berjumpa dengan yang namanya penghuni hutan. Dan abang percaya begitu juga di Bukit Seuntang"
"Tapi bang.."
"Sudahlah Rudy, jangan buang waktu lagi, persiapkan segala kebuthan kita"
Pembicaraan itu terputus. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Satu persatu kayu Seuntang roboh. Menghantan tumbuhan kecil disekelilingnya. Raungan mesin saling bersahutan. Burung-burung saling berterbangan. Para monyet bergelantungan ke pohon-pohon yang masih kokh sebelum pohon itu juga tumbang. Aksi perambahan hutan telah berlangsung lebih dari seminggu. Ratusan kayu gelondongan diangkut dengan ke kilang kayu. Tak ada pilih kasih. Setiap kayu yang bisa menghasilkan uang berarti harus ditebang.
Semakin hari sinar matahari semakin mudah menerpa Bukit Seuntang yang semakin gundul. Hanya semak belukar dan puntug-puntung kecil yang tersisa. Suara-suara Seanshow semakin jarang terdengar. Mobil-mobilpun hanya sesekali lewat untuk mengangkut sisa-sisa kayu. Hanya butuh waktu 3 bulan untuk melenyapkan hutan rimbun di Bukit Seuntang yang telah terjaga ratusan tahun. Semua berakhir.
135963716993893748
Sumber: http://www.greenpeace.org
"Rudy, rumahmu sudah selsai belum?" tanya Maman pada suatu hari ketika mereka sedang mempersiapkan aksi perambahan hutan lainnya.
"Sudah bang, hanya tinggal terasnya saja kok"
"Baguslah. Tapi hati-hati nanti penghuni Bukit Seuntang mencarimu hehhe" canda Maman.
"Ah abang ni, tapi rumah abang yang di kaki Bukit kan sangat bagus"
"Iya, nanti aku sewakan pada penguasa disana"
Meskipun penenabang di Bukit Seuntang mendapat protes dari masyarakat tapi sampai saat ini Maman dan komlotannya belum terusik. Tidak ada juga gejala petaka dari penguasa bukit Seuntang seperti yang dipercaya masyarakat selama ini. Masyarakat mulai tenang. Apalagi sekarang mereka mempunyai lahan pertanian baru di bekas hutan Bukit Seuntang. Lahan-lahan kosong yang mulai tandus iu dimanfaatkan untuk menanam palawija.
Musim hujan telah datang. Masyarakat sudah mempersiapkan benih untuk ditanami dilahan.
Tidak biasanya hujan turun dengan lebatnya di malam itu. Disaat masyarakat terlelap dalam mimpi mereka. Petir menyambar, gemeruh saling bersahutan.
Bukit Seuntang ambruk. Tumpahan air dari langit tidak mampu ditahan oleh tanah yang tandus. Bongkahan-bongkahan tanah meluncur bersama air. Satu persatu rumah di kaki bukit ikut tertimbun dan ambruk. Sungai kecil di kaki bukit meluap. Genangan air menyerbu desa.
Penduduk tersentak. Berhamburan keluar dengan paniknya. Mereka mencari tempat-tempat yang tinggi kecuali Bukit seuntang yang sedang mengamuk. Tak ada harta benda yang bisa diselamatkan. Karena rumah-rumah terendam air dan sebagian lainnya tertimbun longsor. Kepanikan luar biasa benar-benar membuat masyarakat kocar-kacir termasuk Maman dan komplotan yang bermukim disana.
Keesokan harinya diketahui bahwa puluhan penduduk menjadi korban keganasan Bikit Seuntang. Maman tewas bersama yang lainnya. Rudy patah-patah sedangkan rumahnya hancur tak berbekas.
"Pak Kades. Penguasa Bukit Seuntang mengamuk. Ini semua kesalahan kami Pak" kata Rudy ketika mereka sudah tinggal di pengungsian.
"Bukan Bang Rudy, tidak ada penguasa Bukit Seuntang, tidak ada jin yang kuasa mendatangkan malapetaka" sahut seorang pemuda yang selama ini kuliah di Ibukota Propinsi.
"Walaupun kedua orangtuaku meninggal akibat longsor tapi bukan karna amarah jin" sambungnya.
"Nak Arif, sejak dari kakek saya, semua percaya bahwa dibukit Seuntang ada penghuninya. Jika kita menebang pohon-pohon seuntang tersebut maka akan terjadi bencana. Dan buktinya desa kita menjadi korban darinya" sahut seorang petua yang selama ini terkenal sebagai tokoh adat desa tersebut.
"Betul kek, apa yang kakek-kakek kita bilang dulu semua benar bahwa jika kita menbang hutan-hutan akan terjadi bencana. Dan bukan hanya hutan di Bukit Seuntang tetapi juga hutan-hutan yang lain" jelas Arif.
"Iya Nak, makanya semalam Bukit seuntang menangis dan menggenangi desa kita" pak tua itu menimpali lagi.
"Tapi itu bukan karena penguasa yang selama ini dipercaya masyarakat kek, bang Rudy. Tapi karena kita telah merusak kelestarian alam. Kepercayaan yang selama ini dipercaya masyarakat sebenarnya adalah cara nenek moyang kita menjaga hutan. Dengan memistiskan suatu hutan maka kita akan takut menebang kayu disana sehingga hutan-hutan tersebut akan tetap ada. Dan jika kita menebangnya maka terjadi lahan-lahan yang gundul. Lahan-lahan itu tak akan mampu menahan air hujan seperti malam itu. Tanah-tanah yang tidak ada lagi penyangganya akan longsor. Sungai akan meluap karena air hujan tidak lagi meresap ke tanah. Sebenarnya ini kepercayaan ini sebuah kearifan lokal dalam menjaga hutan" jelas Arif.
"Maksudnya Rif?" tanya Rudy
"Maksudnya kita harus tetap menjaga hutan dan lingkungan kita. Ada atau tidak adanya kepercayaan akan penguasa hutan kita tetap tidak boleh menebang secara sembarangan di hutan. Cara-cara nenek kita menjaga hutan patut diapresiasi tapi bukan untuk merusak keimanan kita dengan percaya akan adanya penghuni htan yang akan membawa petaka."
"Jadi sekarang apa yang akan kita lakukan lagi?" tanya kepala desa.
"Kita harus kembali menghutankan Bukit Seuntang. Tidak semua bagian Bukit Seuntang kita jadikan lahan pertanian tetapi sebagian besar harus kembali menjadi Hutan Seuntang"
"Setuju" jawab Pak Kades diikuti oleh penduduk lainnya yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan ini.
1359637112355855427
Sumber: http://indonesiarayanews.com


Tuesday, January 29, 2013

Po, Si Anak Hilang

“Po, kamu sakit ya? Kamu menangis ya?”

Po cuma diam membisu, dia terduduk di rimbunnya ilalang. Dengan mata yang berkaca-kaca, Po menatap Bahrum yang bersimpuh di sebelah kanannya. Po tidak bergerak, seakan merasakan sakit dan sesal yang mendalam. Pelan-pelan Po menoleh ke Bahrum, seperti menghiba dan mendadak menggerakkan kaki kananya. Bahrum tersentak, tak terasa mengayunkan tubuh dengan cepat menjauh dari Po. Po kembali diam.

“Po, ada apa denganmu, kenapa kamu diam dan hanya menggerakkan kaki kananmu. Ada apa dengan kaki kirimu Po?” Bahrum kembali mendekat. Dia memantapkan hati untuk memeriksa kaki kiri Po yang masih tersembunyi dibalik ilalang. Tubuh Po yang besar sebenarnya masih mengcutkan hati Bahrum tapi rasa penasaran akan keadaan Po telah menyemangitinya.

“Tenang Po, Bapak gak akan mencelakanmu dan bapak harap kamu juga tidak mencelakakan bapak” Bahrum mulai mengusap hidung Po, menjelajahi wajah Po yang kasar dan berhenti di telinga. Po masih tenang seperti merasakan usapan orangtuanya yang telah lama tidak dirasakan. Po merebahkan kepalanya di rerumputan Seakan memberi peluang bai Bahrum memeriksa kakinya.

“Ya Allah, kakimu Po, kakimu tertusuk paku. Kenapa bisa begini Po? Siapa yang melakukannya?”

Po hanya mendesah sambil mendekatkan kepalanya dengan Bahrum. Po merasa nyaman dan begitu juga Bahrum. Paku-paku yang ada di telapak kaki Po pun dicabutin Bahrum. Tak ada rintihan.

Po dan Bahrum semakin akrab. Mereka bertemu setiap hari. Setiap Bahrum datang ke kebun tentu Po telah menunggu disana. Kian hari kaki Po semakin membaik dan dia sudah bisa berlari mengitari hutan yang lebat dan di sore hari kembali ke kebun Bahrum.

Bukan hanya Bahrum yang akrab dengan Po, tetapi warga yang yang sering ke kebun juga telah menjadi teman Po. Seakan Po kini menjadi anak yang hilang yang telah datang mengisi hari-hari warga. Tapi sekian lama tidak pernah hadir keluarga Po untuk menjenguknya.

“Po, kamu bapak kembalikan ke ibumu ya?” tanya Bahrum suatu hari.

Po berontak, dia marah. Berlari ke kebun pisang. Mencabuti pisang-pisang di kebun. Po serptinya marah. Dia meraung-raung sambil terus merusak kebun warga.

“Po, tadi bapak cuma bercanda!” Teriak Bahrum kepada PO. Dan dalam sekejap Po kembali tenang.
Begitulah, Po semakin tidak ingin meninggalkan Bahrum dan yang lainnya.Masyarakatpun sudah sangat menyayangi PO.

Pada suatu hari, serombongan orang yang mengaku dari institusi lingkungan hidup datang ke desa dimana Bahrum tinggal. Mereka bermaksud membawa Po ke Pusat Penangkaran Satwa Liar tetapi masyarakat mencegahnya karena bagi mereka Po telah menjadi  bagian dari keluarga. Akhirnya rombongan itu pulang.

Beberapa hari kemudian, rombongan tersebut datang lagi dengan tambahan personil dari pihak keamanan. Masih seperti maksud kedatangan yang pertama mereka ingin membawa Po ke Pusata Penangkaran. Kali ini masyarakat kalah. Mereka tak kuasa mempertahankan Po di habitatnya. Po diangkut ke Pusat Penangkaran Satwa Liar.

Bahrum merasa kehilangan sahabat, anak, keluarga, dan peliharaannya.

Tidak ada kabar dari Po.

Beberapa bulan kemudian, segerombolan gajah mendatangi kebun-kebun warga. Mereka memproak-porandakan tanamana. Mengahncurkan kebun dan pondok-pondok warga. Masyarakat resah. Karena sudah puluhan tahun gajah tak pernah mengusik pekebunan mereka.

Dan mulai hari itu, 4 ekor gajah terus merusak perkebunanan. Tanaman kacang, jagung, pisang, nangka, ubi semua menjadi tak berguna. Tidak ada lagi hasil panen. Meski sudah dilakukan upaya pengusiran tetapi mereka bergeming. Laporan ke Pemda dan pihak terkait juga belum mampu menghalau Poe Meurah - Poe Meurah tersebut.

Apakah mereka mencari anaknya yang hilang? Atau habitat mereka telah sangat terusik?

13594601691769666837
Sumber: himpalaunas.com

Terinpirasi dari kisah nyata di salah satu desa pedalaman di Aceh.

Friday, January 25, 2013

,

2013, Tetap Waspada Gempa dan Tsunami

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat untuk tetap mewaspadai bencana apapun, termasuk gempa bumi dan tsunami.


"Dalam bahasa Latin ada istilah 'Si vis pacem, para bellum'. Artinya jika kau mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang.  Maka dalam bencana pun berlaku, jika kau ingin selamat, bersiaplah menghadapi bencana," kata Sutopo Purwo Nugroho, Humas BNPB, Kamis (27/12/2012).


Sutopo Purwo Nugroho, Humas BNPB, Kamis (27/12/2012), menyampaikan bahwa bencana hidrometeorologi diperkirakan meningkat pada tahun 2013. Sejumlah 80 persen bencana yang akan terjadi tahun depan adalah jenis bencana itu.


Namun, yang perlu juga diwaspadai adalah bencana gempa dan tsunami. Sampai saat ini, bencana tersebut belum bisa diperkirakan waktu kejadiannya.


Sutopo mengatakan,"Berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI BNPB) dari tahun 1825-2012, jumlah korban meninggal dan hilang akibat bencana geologi lebih banyak dibandingkan hidrometeorologi. Dari 292.330 orang  meninggal dan hilang, sekitar 74% akibat bencana geologi sedangkan 26% bencana hidrometeorologi dan lainnya."


Tahun 2012, gempa besar yang terjadi diantaranya gempa Simeulue pada 11 April 2012. Gempa yang terjadi adalah gempa kembar dengan kekuatan 8,5 SR dan 8,1 SR dalam rentang waktu hanya 2 jam. Gempa menimbulkan tsunami kecil.


Gempa tersebut memberikan pelajaran bahwa sumber gempa tidak hanya dari zona subduksi. Masyarakat di mana pun harus mewaspadai kemungkinan terjadinya gempa di wilayahnya.
,

Jokowi Sulit Atasi Banjir karena APBD Belum Diketok

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengaku masih terkendala melakukan sejumlah program mengatasi banjir. Salah satunya, perbaikan tanggul di pesisir Pantai Utara Jakarta.

"Duitnya dari mana? APBD belum diketok. Kesulitan saya ada di situ. Kalau uang seribu dua ribu saya punya. Tapi ini menyangkut uang triliunan," ujar Jokowi kepada wartawan termasuk Tribunnews.com di Balai Kota, Jakarta, Jumat (25/1/2013).

Mantan Wali Kota Solo menuturkan, perbaikan tanggul yang rusak di ruas sekitar 8 kilometer, tidak semuanya akan diperbaiki.

"Enggak semuanya. Kan memang harus di-sheet pile. Ini kan dalam proses," ucap Jokowi.

Selain dana, Jokowi juga masih terkendala hujan yang intensitasnya masih tinggi.

"Tunggu hujannya agak reda dulu, baru bisa masuk," cetusnya. (*)

Sumber: Tribunnews

Enam Dampak Perubahan Iklim pada Hidup Kita

Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), selama abad 20, Indonesia mengalami peningkatan suhu rata-rata udara di permukaan tanah 0,5 derajat celcius. Jika dibandingkan periode tahun 1961 hingga 1990, rata-rata suhu di Indonesia diproyeksikan meningkat 0,8 sampai 1,0 derajat Celcius antara tahun 2020 hingga 2050.

Kondisi ini merupakan dampak dari perubahan iklim yang terjadi di Bumi. Selain suhu yang meningkat, apalagi dampak perubahan iklim pada hidup kita?

1. Harga pangan meningkat
Untuk beberapa dekade mendatang, para pakar memprediksi hasil tanaman pangan mulai dari jagung hingga gandum, beras hingga kapas, akan menurun hingga 30 persen. Hasil yang menurun ini berujung pada peningkatan harga pangan. Sebab, akan ada proses, penyimpanan, dan transportasi pangan yang membutuhkan air dan energi lebih.

2. Siklus yang tidak sehat
Meningkatnya suhu ditambah dengan populasi global akan mencuatkan permintaan energi. Ini akhirnya berujung pada produksi emisi yang menyebabkan perubahan iklim dan, ironisnya, memicu lebih banyak lagi emisi. Sedangkan curah hujan, diproyeksikan akan menurun sebanyak 40 persen di beberapa lokasi.

3. Rusaknya infrastruktur
Perubahan iklim memicu lebih banyak cuaca ekstrem yang menghasilkan bencana. Seperti yang terjadi di DKI Jakarta pada Januari hingga Februari 2013.

Hujan dalam intensitas tinggi menyebabkan banjir besar, Kamis (17/1). Ibu Kota Indonesia ini lumpuh ketika nyaris semua titik jalannya terendam banjir, termasuk pusat pemerintahan di Jakarta Pusat. Jalan dan bus transportasi umum yang merupakan infrastruktur penting bagi warga Jakarta tidak lagi berfungsi.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebut, 15.423 jiwa harus mengungsi. Daerah yang terendam meliputi 720 RT, 309 RW, 73 Kelurahan, dan 31 Kecamatan.

4. Berkurangnya sumber air
Membludaknya jumlah penduduk menyebabkan tingginya permintaan air. Ini menimbulkan penyedotan besar-besaran terhadap sumber air yang ada. Khusus untuk Jakarta, naiknya muka air laut dapat membuat batas antara air tanah dan air laut semakin jauh ke daratan. Sehingga mencemari lebih banyak sumber air minum.

5. Meningkatnya penyakit pernapasan
Perubahan iklim juga menyebabkan polusi udara yang akhirnya menurunkan fungsi dari paru-paru. Di kota besar seperti New York City, Amerika Serikat, kasus asma akan meningkat sebanyak sepuluh persen.

6. Bencana hidrologi
Bencana alam, hasil dari perubahan iklim, meningkatkan badai dan cuaca ekstrem. Hanya beberapa kota di dunia yang mempunyai sistem penanggulan yang cukup baik untuk bencana-bencana tersebut.

Sumber: National Gographic Indonesia
, ,

Penyelundupan Limbah Hantui Asia Afrika



PATTAYA,- Penyelundupan limbah elektronik menghantui negara-negara di Asia dan Afrika. Penegak hukum harus lebih tegas mencegah limbah masuk ke wilayah kerja mereka.
Direktur Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP) wilayah Asia Pasifik, Park Young Woo, mengatakan, setiap tahun dihasilkan 15 juta ton sampah elektronik. Hanya 10 persen di daur ulang atau digunakan lagi.
"Sebagian tidak jelas ke mana dan diduga dipindahkan negara-negara berkembang atau miskin di Asia dan Afrika," ujarnya di sela dialog dan Tur jurnalis Asia tentang Penanganan Limbah Elektronik yang diselenggarakan Fuji Xerox, Jumat (25/1/2013) di Pattaya, Thailand, seperti dilaporkan wartawan Kompas Kris Razianto Mada.
Mayoritas perpindahan limbah dilakukan secara ilegal. Sebab, konvensi Basel mengatur ketat proses pemindahan limbah elektronik yang sebagian beracun dan berbahaya. Limbah hanya boleh dipindahkan ke negara lain bila ada kepastian di mana dan oleh siapa akan diolah.
"Namun, tidak semua negara mampu mencegah penyelundupan limbah. Banyak dugaan limbah bisa masuk karena dokumen palsu atau keterangan yang tidak sebenarnya," tuturnya.
Karena itu, UNEP mendorong penegak hukum di setiap negara lebih proaktif mencegah penyelundupan limbah. Bea cukai dan penjaga laut adalah garda depan mencegah penyelundupan. "Mereka di pintu masuk barang-barang di luar negeri," ujarnya.
Namun diakui, tidak semua negara mampu mencegah penyelundupan. Kekurangan sumber daya membuat pengawasan perbatasan tidak optimal. Akibatnya, limbah tetap masuk ke suatu negara.
Indonesia salah satu negara yang rentan menjadi sasaran penyelundupan limbah. Tahun lalu, ratusan peti kemas berisi limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) ditegah di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Semua masuk dengan dokumen yang tidak benar.
Di berbagai pelabuhan lain, juga tercatat kasus sejenis. Bahkan, sebagian lolos dari pelabuhan dan ditimbun tanpa pengolahan. Akibatnya, lingkungan di sekitar penimbunan terancam polusi B3. 

Sumber:http://sains.kompas.com/read/2013/01/25/1129276/Penyelundupan.Limbah.Hantui.Asia.Afrika?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

Puluhan Gajah Liar Datang Lagi

CALANG – Warga Keunareh Desa Gampong Baroh, Kecamatan Setia Bakti, Aceh Jaya hingga Rabu (23/1) masih dalam kondisi ketakutan dan resah karena puluhan ekor gajah liar kembali berkeliaran di kawasan mereka. Kedatangan gerombolan gajah liar itu membuat warga tidak berani ke kebun untuk melakukan aktivitas dalam mencari nafkah.

Camat Setia Bakti, Aceh Jaya, Ibnu Abbas kepada Serambi, Kamis (24/1) mengatakan, kondisi warganya di Dusun Keunareuh, Desa Gampong Baroh saat ini sangat memperihatinkan. Pasalnya, kawanan gajah liar yang datang ke daerah itu membuat warga tidak berani lagi ke kebun untuk beraktivitas sebagaimana biasanya. Kondisi tersebut sangat meresahkan warga untuk bekerja.

“Saya sudah ke lokasi bersama anggota Polhut, LSM, BPBD dan RAPI Aceh Jaya, melihat kondisi di sana masih sangat mengkhawatirkan, sebab hingga Selasa kemarin, gerombolan gajah masih berada di kawasan desa itu dengan bukti banyaknya jejak bekas telapak kaki dan kotoran yang berhamburan dekat dengan rumah warga,” kata Ibnu Abbas sambil menambahkan, “Kita berharap kepada pemerintah hendaknya persoalan konflik gajah liar perlu melahirkan solusi yang tepat agar warga tidak terzalimi dan semakin melarat akibat tanaman hancur dan keselamatan jiwa mereka.”

Ketua Pengurus LSM Mataradja, Aceh Jaya T Asrizal kepada Serambi mengatakan, kawanan gajah liar di kawasan Dusun Keunareh, Desa Gampong Baroh sedikitnya mencapai 50 ekor. Kondisi tersebut membuat warga di kawasan itu dalam ketakutan dan aktivitas hari-hari di kawasan itu lumpuh dalam tiga hari terkhir ini.

“Tidak seharusnya pemerintah berdiam diri untuk sebuah masalah yang telah membuat warga jadi sengsara akibat ulah binatang liar (gajah). Kita berharap pemerintah untuk tidak membiarkan konflik gajah dengan manusia berlarut-larut, sementara harta dan ancaman keselamatan warga kian parah, sebab tanaman sawit dan karet yang menjadi salah satu andalan warga setempat kini hampir punah,” ujar T Asrizal.

Sumber: http://aceh.tribunnews.com/2013/01/25/puluhan-gajah-liar-datang-lagi

Hakim Vonis Mayor dan Ayah Banta 36 Tahun

JAKARTA - Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat menjatuhkan vonis masing-masing 18 tahun penjara (sehingga totalnya 36 tahun) terhadap Fikram bin Hasbi alias Ayah Banta dan Kamaruddin alias Mayor dalam perkara serangkaian penembakan di Aceh pada tahun 2011 dan 2012. Sedangkan Jamaluddin alias Dugok dijatuhi hukuman pidana 15 tahun penjara.

Majelis hakim yang diketuai Achmad Rosyidin yang mengadili perkara tersebut, Rabu (23/1), mengatakan, para terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar serta memenuhi unsur-unsur perbuatan dalam tindak pidana terorisme.

Sementara terdakwa lainnya, Mansyur alias Mancuk dalam sidang terpisah divonis pidana 14 tahun penjara, Sulaiman alias Ulee Bara empat tahun penjara, M Rizal Mustakim alias Takim empat tahun penjara, dan Ushriah alias Us dijatuhi hukuman empat tahun penjara.

Hakim berpendapat, tidak mendukung upaya pemerintah dalam memberantas terorisme merupakan hal yang memberatkan para terdakwa. Menanggapi putusan tersebut, Ayah Banta cs maupun jaksa menyatakan pikir-pikir.

Kepada majelis hakim, Ayah Banta sempat mengutarakan permohonan agar menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan di Aceh. Tapi majelis hakim tidak memberi jawaban apa pun soal permintaan itu. Anggota Tim Kuasa Hukum Ayah Banta cs, Teuku Popon SH menyatakan, hukuman tersebut terlalu berat, karena menggunakan UU Antiterorisme. “Padahal, apa yang terjadi di Aceh adalah soal internal mereka sendiri yang tidak puas kepada pemimpinnya, yaitu Gubernur Irwandi Yusuf. Tapi hakim justru menggunakan pasal antiterorisme,” kata Teuku Popon.

Sebelumnya, jaksa menuntut Ayah Banta dan Mayor dengan pidana penjara seumur hidup, Jamaluddin alias Dugok 20 tahun penjara, Mansyur alias Mancuk 20 tahun penjara, Sulaiman alias Ulee Bara, Ushriah alias Us, dan M Rizal Mustakim alias Takim masing-masing lima tahun penjara.

Jaksa mendakwa Ayah Banta cs dengan dakwaan alternatif, yaitu Pasal 14 juncto (jo) Pasal 6 Perppu Nomor 1 Tahun 2002 jo UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme atau Pasal 340 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 65 ayat (1) KUHP atau   Pasal 14 jo Pasal 7 Perppu Nomor 1 Tahun 2002 yang telah ditetapkan menjadi UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, atau Pasal 14 jo Pasal 9 Perppu Nomor 1 Tahun 2002 yang telah ditetapkan menjadi UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

Rangkaian kekerasan bersenjata yang dilakukan para terpidana meliputi penembakan di perkebunan PT Satya Agung pada 4 Desember 2011 sehingga menewaskan tiga orang, penembakan penjaga toko Istana Boneka, Ulee Kareng, Banda Aceh, 31 Desember 2011, penembakan buruh bangunan asal Jawa di Bedeng atau Barak Aneuk Galong Titi pada 5 Januari 2012.

Peristiwa lainnya adalah penembakan rumah pribadi Wakil Ketua DPR Kabupaten Aceh Utara Misbahul Munir di Desa Keude Krueng, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, penembakan Saiful Cagee, serta pemasangan bom pipa d Gunung Geureute untuk meledakkan rombongan Gubernur Irwandi Yusuf. Tapi sebelum bom diledakkan, para pelaku duluan ditangkap Densus 88. 

Sumber: http://aceh.tribunnews.com/2013/01/25/hakim-vonis-mayor-dan-ayah-banta-36-tahun

Dandy, Lelaki Fiksiku

Telah sebulan ini aku disibukkan dengannya, Dandy, lelaki lajang dari pulau seberang. Perkenalan yang diawali dari perteman di Fb membuatku terus mendambakannya. Tutur katanya, sapaannya, celotehnya, candanya yang semua dituangkan dalam pm fb membuat diri ini tak berdaya. Dandy terus hadir, mengusik ketenanganku selama ini, merayu keteguhan hatiku yang mendambakan lelaki setia yang nyata.
Komunikasi emang hanya dibangun lewat pesan-pesan di Fb dan twitter tetapi begitu membekas. Kata-katany sangatlah sederhana namun begitu kaya makna. Seakan dia nyata, ada, hadir dan selalu menghampiriku di jagaku maupun di tidurku. Tapi, itulah Dandy.
Aku hanya bisa menilai fisiknya dari 2 lembar foto yang di upload di FB nya dan foto yang sama juga terpampang di twitternya. Hanya itu. Tidak lebih. Meskipun aku mengiba agar dia mau memperlihatkan foto-foto yang lain tapi ia begitu teguh.
“Rasa itu tumbuh dari hati, bukan gambar atau visualitas yang menyilaukan mata. Aku hanya mampu menyilaukan hatimu dengan sinaran hatiku”Pernah dia membalas seperti ini, membuatku tertegun dan tertahan untuk untuk meminta oto-fotonya.
“Suaraku tak akan bisa meruntuhkan keteguhan hatimu tetapi suaraku bisa menyirnakan rasamu terhadapku. Yakinkah dirimu untuk mengacaukan hubungan ini?” tanyanya ketika aku meminta nopenya. Sungguh pilihan yang sulit.
Semakin hari, aku semakin dekat dengannya. Semakin hari rasanya tak ingin terleawti tanpanya. Aku selalu mengecek pesan-pesan di FB dan twitterku karena hanya dengan itu aku bisa berkomunikasi dengannya. Dan aku semakin lungkai, terkapar dalam Dandy yang maya. Dandy si lelaki mayaku.
13590363862089745935

Air Mata Rimba

Tak terhiraukan
Dipedulikan untuk kesenangan meski mengupas kebahagian
Melucuti ketentraman masa depan

Itulah rimba
Negeri hijau penuh tumbuhan
Yang terus digeranyangi manusia serakah
Demi isi kantong para penguasa dan pengusaha
Bukan demi rakyat yang hidup menyatu dengan rimba

Air mata rimba terus bercucuran
Meluapkan sungai-sungai yang melintas kota
Tak terbendung oleh tanggul setinggi gedung
Menghantam peradaban serakah

Disini, di rimba ini
Kesengsaraan ummat manusia dimulai
Oleh ketmakan manusia
Oleh katakpedulian terhadap alam